Dua minggu ini kesibukan cukup mendera. Terutama mengajar, di UI, Untirta plus di UT. Untuk pertama kali setelah lima tahun aku tak mengajar mata kuliah pemerintahan dan politik desa di UI (hiks sedih) karena persoalan jadwal. Jadilah hanya mengajar pengantar ilmu politik setiap hari senin. Di Untirta selasa dan rabu dengan intensitas amat padat. Bayangkan, ada kelas yang baru dimulai pukul delapan malam.

Untuk di UT, memang hal yang baru. Awalnya hendak menolak, tapi ternyata pertemuan hanya delapan kali sampai pertengahan November, jadi tidak terlalu mengganggu. Hanya saja pelaksanaannya hari minggu, jadi keluarga yang harus mengalah. Yup, asyik saja mengajar Bapak/Ibu Guru SD tentang menulis ilmiah.

Tempat mengajarnya di SDN Gorda 1, tak begitu jauh dari jalan tol. Jadilah aku pelanggar lalu lintas sekurang-kurangnya selama dua bulan, turun dan mencegat bis di jalan tol. (maaf ya)

Kesibukan lain, mempersiapkan diskusi bulanan Lab Ane Untirta dengan TIFA. Semoga lancar, membangun lembaga dan suasana akademik ceritanya. Kegiatan pertama rencananya tanggal 21 Oktober 2010, meleset dari jadwal awal tanggal 7 Oktober. Selanjutnya diskusi akan diadakan rutin selama kurun enam bulan setiap hari kamis di minggu pertama setiap bulannya di ruang Teleconference Untirta.

Oh ya, Puskapol UI juga ngajak rapat hari senin lalu, diajak ikut dalam kegiatan pengembangan kapasitas lembaga dan peneliti puskapol. Lumayan, jadi kesempatan untuk banyak belajar.

Kesibukan lain, menyiapkan pertemuan cendekia banten. Semoga lancar, acaranya tanggal 3 Oktober di Kebon Kubil Serang jam 9 pagi. Semoga kawan-kawan cendekia Banten yang sudah lama tak berkumpul bisa bersilaturahim dan berdiskusi.

Semua kesibukan ini membuat gak bisa nulis. Padahal terobsesi menulis untuk buku dan jurnal. Permintaan nulis untuk Radar Banten dalam HUT Provinsi Banten juga belum sempat dilakukan.

Oh ya, kesibukan lain, rencananya tanggal 5 Oktober harus berangkat ke Bandung ikut sebuah seminar. Minggu depannya juga berangkat presentasi dalam seminar internasional di Selangor. Tapi masih cari biaya ongkos dan akomodasi dan konsumsi. Pembiayaan dari institusi belum pasti. Sementara nombok pake uang pribadi.

Terkadang miris juga, berkegiatan ilmiah sulit sekali dilakukan. Padahal membawa nama baik institusi. Tapi seperti kata Bondan, ya sudahlah…..

Tinggalkan Balasan