Jumat, 8 Oktober 2010

Hmm. Tiket sudah di tangan jauh-jauh hari, tingga cari yang mau gantiin bayarin tiket. Yup, bertemu bos kanan dan kiri, belum membuahkan hasil. Mungkin kegiatan ilmiah semacam ini gak penting kali ye.

Alhamdulillah, Kang Aziz, dosen kampus kami yang sedang di UKM menawarkan kamar gratisan untuk dipakai. Jadi bisa irit-irit. Bismillah, diputuskan berangkat.

Senin, 11 Oktober 2010

Bangun kesiangan, padahal sudah pake alarm. Hmm harusnya first time ringing gak usah mikir nambah tidur lima menit. Begini jadinya, serba buru-buru, cuma sempat minum kopi langsung ngibrit. Untunglah packing sudah dari kemarin.

Oh la la, sampai pertigaan kalibata bis bandara dari pasar minggu pas lagi lewat dan tak mau berhenti walau diteriakin (tips1: lebih baik menunggu, bis bandara setengah jam sekali lewat). Bimbang antara menunggu bis selanjutnya atau taksi. Akhirnya memutuskan taksi, walaupun harus keluar ongkos lebih banyak, soalnya jalanan sudah mulai padat.

Sampai bandara masih cukup awal, devi dan yearry masih di perjalanan.(tips2: untuk perjalanan ke luar negeri sebaiknya check in sekitar dua jam, soalnya ngurus bebas fiskal, imigrasi, dll). Masih sempat tukar rupiah ke ringgit malaysia, dapatlah 1RM = Rp. 2975, memang kisarannya segitu, sekitar tiga ribu rupiah (tips3: harga jual RM lebih rendah, jadi harus pinter ngatur agar pas pulang tak terlalu banyak RM tersisa, apalagi pecahan kecil).

Tak lama, kami (udah ngumpul) melakukan check in dan bebas fiskal (tips4: bawa NPWP, jika tidak mesti bayar fiskal Rp. 2.5 juta) dan kemudian menuju ke pintu pemberangkatan. Hmm, sempat sms-an sama bos-bos di kampus kami, ada kabar baik untuk penggantian tiket. Devi juga menyampaikankalau di koran lokal hari sabtu ada berita tentang keberangkatan kami berseminar. Itu memang aku yang kirim press release. Aku bilang ke wartawan yang alumni kampus kami, sekali-kali muat dong berita baik.

Pesawat Air Asia kami lepas landas dan mendarat tepat waktu (tips5: sering-sering tengok website air asia, banyak promo untuk keberangkatan yang masih lama). Di LCCT (bandara untuk penerbangan murah) Kuala Lumpur, Riswanda dan Leo, kawan yang sedang Ph.D di UKM sudah menunggu. Yearry dan Devi memutuskan menginap di KL, sedangkan aku dan Riswanda mencari tempat menginap gratisan di sekitar kampus diantar Leo.

Kami mencari bis ke Nilai dengan tarif 4RM  (tps6: harus dihitung betu kembalian, tampang turis suka dibohongi), ganti bis tapi tak usah bayar lagi dan menuju Nilai. Perjalanan sekitar satu jam, LCCT – Nilai. Kelaparan juga, untung di depan stasiun ada tukang es dan gorengan. Harga gorengan 5 biji untuk 1RM dan es 1RM. Riswanda memesan es sirup bandung. Jauh-jauh dari bandung ke Malaysia, minumnya kok es bandung, he he.

Di stasiun menunggu agak lama. Stasiunnya rapi dan bersih. Tak ada sampah, pedagang asongan, pemulung atau pengemis. Juga tak ada orang naik di atap kereta. Semua kereta pake AC dan pintunya ditutup, jadi walaupun penuh tetap agak nyaman.

Perjalanan Nilai – UKM sebanyak tga stasiun. Kami tiba dengan selamat di stesen UKM dan menuju kost-nya Leo dekat stesen. Dari sana, aku diantar ke flat-nya Aziz di Taman Tenaga, dekat hentian Kajang, sekitar tiga kilometer menggunakan bis (jalur bus mini atau 430). Ternyata Aziz sudah menunggu.

Ternyata Aziz sudah tak tinggal di flat itu. Sesudah lebaran ia memboyong anak dan istrinya ke flat dekat kampus, nah kami diperbolehkan menempati flat-nya yang lama. Ia tinggal bersama beberapa mahasiswa UKM lain yang berasal dari Sumatera Barat.

Leo mengajak kami ke Kuala Lumpur, pusing-pusing dan mengambil foto depan menara petronas. Setelah mandi kami segera bergerak ke kost Leo, makan rujak (semacam batagor dengan saus yang mirip tapi diisi bengkuang, dll; masakan india) dan menunggu kereta di stesen UKM.

Nah, di stesen UKM inilah muncul sosok Syafuan Rozi, peneliti LIPI yang ternyata baru datang dari Indonesia. Jadilah Syafuan bergabung dengan kami menuju KL. Aku sempat beli perdana diGi untuk handphne-ku, lumayan untuk menelepon murah meriah. (tips7: kartu GSM indonesia bisa dipakai, cuma mahal, sekali SMS sekitar Rp. 4000. Lebih baik pake gsm Malaysia, pendaftaran Cuma nama dan menunjukka paspor, perdana bisa dibeli di sembarang toko. Nelpon murah diatas jam 9 malam, Cuma 17 sen per-30 detik, SMS juga murah, tapi GPRS mahal sekali)

Dua kali naik kereta, pertama UKM – KL Sentral dan kemudian berganti jenis kereta KL Sentral – KLCC. Harga tiket tak terlalu mahal 1-3 RM saja. Di KLCC kami naik ke permukaan menuju menara petronas yang ramai orang. (tips8: petunjuk setesen KLCC – menara ke menara ikuti plang besar iSetan, he he gampang kan). Kami berfoto sampai puas. Suasana ramai juga, mungkin menanti sunset di menara kembar petronas.

Karena lapar kami mencari tempat makan, dan makanlah di food court Suria di dalam menara. Mau coba yang aneh, jadilan minum teh tarik plus nasi lemak. Nasi lemak ini semacam nasi uduk, Cuma santannya tak terlalu terasa dan berasnya pera. Makan sambil mengobrol, cukup makan waktu, akhinya kami pulang setelah sebelumnya lagi-lagi berfoto depan menara petronas yang mandi cahaya.

Bis ke hentian kajang sudah tak ada, akhirnya naik taksi dari stesen UKM langsung ke Taman tenaga dengan tarif 7RM. (Tips9: walaupun ada tulisan di badan taksi dilarang tawar menawar dan musti pake argo tetap saja harus negosiasi harga, didalam bus argo-nya ditutup lakban).

Sampai ke taman tenaga ternyata kawan-kawan Azis sudah datang. Ada sekitar lima orang mahasiswa Indonesia dari Sumatera Barat. Kami mengobrol banyak, mandi dan kemudian tidur beramai-ramai.

Selasa, 12 Oktober 2010

Pagi ini musti presentasi. Kami berangkat pukul tujuh naik bus mini, nyambung bis panitia Sebumi yang sudah menunggu di tempat perhentian bus UKM. Sopirnya mengeluh soal koordinasi, dia baru putar-putar beberapa hotel tapi tak ada peserta dari Indonesia disana.

Sampai Fakultas Sosial Science dan Kemanusiaan (FSSK), kami masih menunggu karena panitia masih bersiap-siap. Daftar dan bayar sebagai pemakalah dan kemudian mengikuti pembukaan di bilik senat. Alhamdulillah ada wifi yang terbuka, jadilah BB-ku bernyawa lagi.  Tak lama rombongan dari FISIP UI datang, wah ketemu kawan-kawan juga, Abud, Dasril, dll. Sempat mengobrol banyak dengan Mas Bambang, Dekan FISIP UI sambil menunggu pembukaan.

Pembukaan berlangsung singkat, pidato-pidato begitu. Yang menarik keynote speech dari dua Professor dari UI, Bachtiar Aly dan satunya lagi dari UKM. Sudut pandang amat berbeda, walaupunama-sama dari ilmu komunikasi.

Ndilalah, ada kawan sesama bekas aktivis UI, Nangkula masuk ruangan. Kami sama-sama terkejut ketemu di tempat ini. Nangkula ternyata menjadi dosen di UKM sejak beberapa tahun ini, senior lecturer – begitu di kartu namanya. Jadilah habis makan siang, kami melewatkan satu sesi diskusi untuk melihat-lihat kampus UKM dan berbincang. Silahkan baca perbincangannya di Catatan Soal (nasib) Dosen di Malaysia dan Indonesia.

Jam empat giliranku prsentasi soal politik lokal di Indonesia. Wah audiensnya cukup banyak, ada Ka Mukhlis Yusuf, Dr. Musni Umar, Mbak Nurul, Syafuan, Prof. Adrianus, dll. Alhamudillah lancar dan diskusinya ramai. Lumayan buat bahan pengayaan.

Malamnya kami diundang dinner oleh panitia. Nah, sebelum dinner ada jeda dua jam. Para peserta bertebaran di muka bumi UKM, he he. Termasuk aku dan rombongan malah salah naik bus dan nyasar ke stesen UKM. Tak jelas bus mana yang disediakan panitia, akhrnya malah naik bus kampus (tips10. Bertanyalah karena route setiap bis kampus berbeda-beda tak seperti bis kampus UI, nyatakan tujuan ke sopir). Akhirnya kami balik ke FSSK dan beristirahat.

Malamnya dinner berlangsung seru. Selain saling berbalas pantun dalam sambutan, kesenian yang tampil juga bagus-bagus. Tapi yang paling memukau ya spontanitas orang Indonesia yang joget dangdut dan poco-poco. Lucu juga lihat para Professor dan Doktor joget, he he. Ada juga door prize, hadiahnya rice cooker dan heater, lucu juga – menuh-menuhin bagasi pemenang. Dinner ditutup dengan sama-sama menyanyikan lagu rasa sayange yang kontroversial itu.

Rabu , 13 Okotber 2010

Hari ini  agak tenang setelah membentang. Pagi kami ke FSSK dan menyaksikan persidangan hari ini. Namun ada rencana lain, mencuri waktu ke pasar seni. Soalnya Riswanda pulang sore ini ke Jakarta, tak ada waktu lagi. Jadilah aku dan Riswanda ditemani Saiful, mahasiswa UKM asal banten menuju pasar seni.

Jalurnya stesen UKM – KL Sentral, ganti kereta, KL Sentral – Pasar Seni. Turun dan cari Central Market, disana banyak sekali toko souvenir.Alhamdulillah, akhirnya dapet juga sekedar gantungan kunci untuk kolega di tanah air, mau beli yang lain tak ada waktu dan uangnya, he he. (tips11: jika ke pasar seni central market cari toko yang di dalam, karena jauh lebih murah dibading di depan, trus jangan malu menawar, lumayan bisa hemat 30%).

Beres belanja langsung meluncur kembali ke FSKK dengan rute sama. Masih dapat sesi Forum “kerjasama Dua Hala Indonesia – Malaysia. Menarik juga mengamati diskusi puncak ini. Dari pihak Indonesia diwakili Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, Dr. Muklis Yusuf, Prof. Dr. Erman Anom, dan Dr Musni Umar.  Walaupun diskusi berangsung panas karena menyajikan data dan argumentasi dari dua sudut dan kepentingan berbeda, namun tetap bersahabat. Dr. Muklis misalnya memberi terobosan tawaran seperti Universitas sebagai pusat pengkajian persoalan Indonesia – Malaysia dan ia juga menawarkan agar Duta Besar Malaysia untuk Indonesia mau berkunjung ke media massa, redaksi dan pemiliki media. Kegiatan ini menjadi penutup kegiatan sebumi dengan kata-kata penutup dari pihak UKM dan UI.

Malam ini kami pindah ke college Ibrahim, di kediaman Dr. Rizal, pengetua college. College adalah sebutan untuk asrama mahasiswa. Wah kedaman Dr. Rizal sungguh nyaman, asrama-nya dekat hutan kampus, masih banyak monyet dan burung.

Kamis, 14 Oktober 2010

Setelah semalaman beristirahat, pagi-nya Dr. Rizal mengajak kami sarapan. Sambil sarapan ia mengajak kami berbincang. Ternyata ia dan Syafuan sedang memiliki proyek penerbitan buku hasil penelitian. Secara pribadi Dr. Rizal  juga meminta makalahku yang dipaparkan dalam Sebumi untuk ikut diterbitkan. Wah matur tengkyu bos.

Tak terasa sudah jam 11 siang, sementara penerbanganku pukul 14.55. mepet euy. Aku langsung packing dan bergesa menuju stesen UKM diantar Syafuan. Kereta agak lama juga. Sampai stesen Nilai langsung naik bus ke LCCT. Sebetulnya sempat mempertimbangkan naik taksi, cuma bimbang juga.

Ups, jam 14.00 tepat baru nyampe LCCT langsung lari-lar untuk check in. Duh dioper-oper lagi. Yang lebih menengangkan antrian di imigrasi amat panjang, sementara waktu sudah pukul 14.20. terbayang deh terdampar di Malaysia. Untung kawan-kawan di depan antrianku membolehkan aku menyalip, mungkin gak tega liat tampangku yang panik abis (thanks all), aku juga menunjukkan boarding passku ke mereka.

Sampai di imigrasi, si petugas juga marah-marah karena aku maju sebelum dipanggil “Kalau beli tambang murah jangan begitu” katanya. Duh pengen nonjok rasanya. Tapi daripada bikin repot ya minta maaf aja, negeri orang coy (hmm jangan-jangan di seluruh dunia petugas pemeriksa di imigrasi memang orang-orang ter-senga di angkatannya ya).

Beres imigrasi langsung ngacir ke pemeriksaan barang dan ke pintu keberangkatan. Alhamdulillah, ternyata pesawatnya terlambat, he he – lega deh.

Bye bye Malaysia.

1 Comment »

Tinggalkan Balasan