Ya, saya sepakat, banyak orang mencampakkan intelektualitasnya ke tempat sampah dalam ajang dukung mendukung calon presiden. Terakhir dan paling panas, adalah foto yang dishare Wimar di akun facebooknya.

capture-akun-facebook-wimar-witoelar-_140619133553-938

 

 

 

 

 

 

 
Foto diatas bisa dipersepsikan menistakan umat Islam. Ada foto-foto politisi dan lambang partai politik yang memang menjadi bagian dari kubu Prabowo. Namun pencantuman foto beberapa orang dan logo ormas Islam yang tidak berkaitan langsung dengan pemilihan presiden jelas sebuah kesalahan besar. Saya heran, darimana ide gila semacam ini bisa masuk ke kepala Wimar dan dishare di ruang publik.

Namun saling serang dengan menistakan kelompok tertentu ini bukanlah hal baru. Saya mencatat bahwa kelompok etnis Cina dan Kristen juga adalah salah satu sasaran tembak. Jokowi sering mendapatkan serangan semacam ini dengan berbagai kampanye massif seakan-akan dia adalah keturunan Cina dan Kristen, dengan nama Herbertus Joko Widodo. Ini dia foto kampanye yang tersebar dimana-mana.

jokowi-meninggal

Jokowi orang Jawa (bukan Cina) dan beragama Islam (bukan kristen). Tapi memang ada masalah apa dengan Cina dan kristen? Pengalaman hidup saya menunjukkan bahwa kita tidak bisa menghakimi orang karena etnis dan agamanya. Bukankah Prabowo sendiri lahir dari rahim Ibu yang Kristen dan didukung adiknya yang tokoh Gereja di Indonesia yang juga pernah punya kongsi bisnis dengan keluarga Yahudi?

Agama diseret-seret jadi bahan menistakan seseorang dalam pilpres. Jokowi dituding tak bisa berwudu dan ketika jadi imam bacaannya kurang fasih. Prabowo lantas ditantang mengaji oleh JK. Hal-hal semacam ini memalukan dan sama sekali tidak mendidik ummat di akar rumput. Beberapa kawan cerita kalau di kampung-kampung, preferensi pilihan sudah seakan-akan perang aqidah. So sad…

Jika kita membenci yang dilakukan Wimar, jangan lakukan ke orang lain. Sekali lagi, tak ada yang bisa memilih lahir dari ibu beragama tertentu, tak ada yang ingin lahir dengan tampang jelek atau ndeso.

Jika kita berhati baik, buat anda pendukung Prabowo atau Jokowi, stop mengolok-olok dan menistakan kelompok tertentu !!!

 

 

1 Comment »

  1. Wah, ternyata tidak hanya mumpuni dibidang akademik, ternyata Pak Abdul-Hamid a wise man juga. Saya setuju dengan pendapat bapak; alangkah indahnya kalau seseorang berpikir positif terhadap calon pemimpin yang dipilihnya tanpa mengolok orang lain yang tidak pernah dia kenal. Hidup memang penuh pilihan, jadi bijak atau tidak bijak adalah pilihan.

Tinggalkan Balasan