Malam ini kami nonton bareng lagi di CSEAS, Kyoto University. Nah, karena waktu di sini dua jam lebih dahulu daripada di Indonesia, maka aku memutuskan bablas, ndak tidur sampai sahur. Sambil menunggu waktu Subuh, tulisan ini dibuat.

1. Debat malam ini bisa disebut debat terbaik. Kedua belah pihak tampil ngotot menyerang secara agresif. Moderator juga oke, kelihatan matang mengendalikan debat.

2. Yang bisa disebut man of the match malam ini adalah JK. Dia nampaknya melakukan “balas dendam” setelah tampil buruk di debat sebelumnya. Jokowi juga tampil oke.

3. Kubu Prabowo-Hatta justru sebaliknya. Entah kenapa tampil kedodoran. Ya, Hatta yang minggu lalu tampil meyakinkan, malah menyumbang gol bunuh diri. Prabowo juga nampak gelisah dan emosional.

4. Prabowo masih dengan pakem standar: gaya formal, dengan baju putih berkantung banyak. Tampil dengan gaya orator. Hatta tampil sebagai teknokrat dengan data-data. Keduanya memakai seragam yang diikuti oleh sebagian besar pendukungnya. (Maaf OOT, tapi pin No. 1 nempel di peci nggak banget deh, kata J, teman nonton bareng debat).

5. Jokowi-JK tampil kasual. Jokowi untuk pertama kalinya memakai baju kotak-kotak dan JK memakai baju putih. Natural, sehingga membuat mereka tampil lepas.

6. Dua sesi awal berjalan standar. Kata-kata pembuka biasa-biasa saja. Kedua pasang calon menjawab pertanyaan dari moderator dengan baik.

7. Begitu masuk sesi tanya jawab, baru terasa serunya. Prabowo menyerang Jokowi dengan mengutip ucapan Jokowi dalam kampanye di Indramayu yang menyatakan bahwa koperasi tidak penting. Jokowi menjawab dengan mengatakan bahwa mungkin Prabowo salah baca.

8. JK menyerang balik dengan bertanya soal kampanye Prabowo yang mengatakan bahwa “Ada pihak-pihak yang mau mengganti demokrasi dengan kleptokrasi”. Prabowo menyanggah dengan mengatakan bahwa maksudnya ada potensi kecurangan. JK menggunakan kesempatan menanggapi dengan menyampaikan bahwa ada banyak mafia yang sudah ditangani KPK yang tidak berada di kubunya.

9. Hatta bertanya soal Kalpataru. Jokowi menjawab dengan mengatakan bahwa perlu ada insentif berupa dana untuk penerima agar perbaikan lingkungan meluas. Nah, Hatta menanggapi bahwa DKI Jakarta dan Solo belum pernah menerima Kalpataru. JK menanggapi balik dengan mengatakan bahwa Adipura berbeda dengan Kalpataru. Jokowi menambahkan bahwa Solo pernah mendapatkan penghargaan Green City dari pemerintah. Kesalahan fatal ini nampaknya berpengaruh besar, nampak Prabowo dan Hatta kehilangan konsentrasi.

10. Isu-isu lain juga diperdebatkan, mulai soal sawah, sapi, mafia, renegosiasi migas dan sebagainya. Nampak, tim Jokowi-JK berlatih dengan baik. Yang mengherankan memang turunnya performance pasangan Prabowo-Hatta.

11. Prabowo- Hatta banyak menekankan konsep, sementara Jokowi-JK menekankan implementasi. Ini muncul dalam debat seputar penambahan sawah. Keduanya sepakat menambah jumlah sawah, namun Jokowi menekankan aspek teknis seperti irigasi, bendungan, dsb.

12. Yang melegakan, Hatta mengurangi mengeluarkan istilah-istilah canggih seperti di debat minggu lalu. Kata yang keluar hanya: elastisitas energi, sustainable dari energi, Indonesia the champion dan feed in tariff. Justru dalam debat kali ini muncul istilah teknis seperti karkas, daging has, anakan sapi, pupuk majemuk, dsb.

13. Yah, inilah debat terakhir. Tentu ada banyak hal yang tidak bisa saya tulis di sini. Monggo dibaca di berbagai media massa.

14. Pemenang debat final ini sudah bisa disimpulkan. Tapi apakah berkorelasi dengan hasil Pemilu Presiden? Bagi die hard supporters alias pendukung fanatik, kesempatan menonton debat adalah kesempatan mencari kelemahan lawan, hanya itu. Tapi jika anda belum menentukan pilihan atau meihat debat sebagai kesempatan mencari calon terbaik, debat kali ini sungguh menarik.

Wallahua’lam Bissawab.

 

Tinggalkan Balasan