Tulisan ini untuk dibaca semua orang.

Tapi secara khusus buat kamu, ya kamu yang menganggap bahwa upaya mendapatkan hak sebagai penerima beasiswa di luar negeri tepat waktu adalah berlebihan.

Hari ini aku banyak mendengar kisah sedih.

Seorang penerima beasiswa Dikti yang istrinya hendak melahirkan tak punya uang untuk membeli persiapan kelahiran. 

Kalau ini terjadi di kampung, sanak saudara dan teman sejawat akan datang membantu.

Hei, ini di negeri orang, ribuan kilometer dari rumah Ibu, Nenek, Bibi, Uwak, Bude atau Bibi.

Pinjam teman? kawan yang lain juga tak kalah kekurangan dan sama miskinnya. 

Sejak berminggu lalu juga saya mendengar ada banyak mahasiswa Indonesia yang hendak diberhentikan bahkan dideportasi dari negara tempat belajarnya karena menunggak biaya kuliah.

Jadi masih mau berbicara tentang cinta tanah air dan martabat bangsa negara? siapa mempermalukan?

Ini bukan lagi soal administrasi, ini soal kemanusiaan.

Maka jika kamu, ya kamu, menyalahkan para korban sebagai orang yang tidak bisa mengatur keuangan dan menjilat pantat mereka yang menjadi penyebab semua ini, diamlah, atau aku robek mulutmu.

Tinggalkan Balasan