Seorang Ustadz membuat status di facebook.

Dalam sistem Demokrasi suara terbanyak adalah (dianggap) sah dan ‘benar’. Meskipun menurut agama haram tpi kalau suara mayoritas menyetujui/ mengesahkan mka Aturan/UU itulah yg dilaksanakn di Negara ini. Kalau itu terjadi siapa yg msti bertanggung-jawab ?

Saya menjawab: Yang bertanggungjawab adalah Guru dan Ulama, gagal mendidik masyarakat.

Ya, demokrasi memang menjadikan suara terbanyak dalam proses pembuatan keputusan atau sebuah pemilihan. Justru disanalah kita bisa mengukur, sejauh mana kualitas masyarakat kita. Jika pilihannya buruk, itulah kualitas masyarakat kita. Jika pilihannya baik, itulah juga kualitas masyarakat kita.

Dan kualitas masyarakat tentu saja ditentukan oleh pendidikan: keluarga, sekolah, perguruan tinggi, pesantren dan madrasah.

Jika masyarakat memiliki karakter baik dan terdidik dengan baik, maka mereka akan memilih yang baik-baik. Dalam konteks ini, memilih pemimpin tidak berbeda jauh dengan memilih makanan. Jika seorang muslim yang terdidik baik dan memiliki pemahaman agama yang baik diberi pilihan makan babi kecap atau ikan bakar, maka mereka akan memilih ikan bakar, walaupun harga babi kecap sedang diskon 80%.

Sekali lagi, justru di dalam demokrasi kualitas pendidikan dan juga dakwah kita diuji. Kualitas dan konsistensi guru dan ulama juga diuji.

Jika masyarakat kita memilih pemimpin yang korup, dzalim, bodoh, sombong, tamak dan khianat, ada yang salah dengan pendidikan kita.

Tinggalkan Balasan