Betis Menteri Susi tiba-tiba saja naik daun, mendominasi media massa dan media sosial.

Pasalnya, menteri Susi tak lulus SMA, apalagi bergelar sarjana apalagi doktor.

Menteri Susi juga tampil nyeleneh dengan merokok di halaman istana negara selepas namanya disebut sebagai menteri.

Masa lalunya juga tidak cemerlang: putus sekolah, bercerai berkali-kali, menikah dengan warga negara asing dan  mesti bekerja keras dari bawah.

Pengangkatan Susi sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan menggelisahkan banyak kalangan. Di sebuah grup yang berisi pengajar berbagai perguruan tinggi, mereka meributkan Susi yang tak berpendidikan tinggi.

Susi Pudjiastuti pemilik susi air wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu yang kini Menteri Kelautan dan Perikanan.MANTAP.Gak sekolah tinggi* bisa juga jadi menteri.

Ada juga profesor ITB yang menganggap bahwa pengangkatan Susi adalah sesuatu yang “ngaco”

Screenshot 2014-10-28 10.21.45

Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products economics,coastal processes, dan underwater technology. Menurut Muslim, kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan.

Hmm jangan-jangan yang dibutuhkan Presiden  memang “pakar penangkapan dan penjualan ikan”?

Sesuatu yang praktis dan bisa jadi tidak diajarkan di sekolah-sekolah kemaritiman atau jurusan perikanan? Sesuatu yang praktis inilah yang sekarang sedang dikejar Jokowi untuk segera dilaksanakan, membuat rakyat Indonesia sejahtera dari laut yang dikaruniakan Allah kepada bangsa Indonesia.

Atau kemarahan kalangan terdidik ini cuma soal (khawatir) nggak kebagian lapak?

Gelar berderet yang selama ini menjadi tiket untuk jabatan-jabatan bergengsi di negara ini kemudian terancam tidak laku karena mesti bertarung dengan para praktisi yang kenyang makan asam garam dan jatuh bangun di dunianya.

Ya, jangan-jangan kita terlalu mendewakan gelar, dan bukan ilmu.

Maka di era sebelumnya kita menyaksikan politisi datang ke kampus untuk menerima gelar kehormatan, honoris causa bahkan sampai ada yang jadi profesor.

Perjalanan saya ke sebuah Provinsi di Sulawesi menemukan selorohan dari seorang sahabat bahwa jumlah Doktor di Pemda bisa jadi lebih banyak dari pada jumlah Doktor di sebuah universitas negeri di sana.  Di sebuah daerah di Banten, kabarnya banyak birokrat yang meraih gelar master tanpa perkuliahan, hanya membayar sejumlah uang untuk pembuatan thesis (dibuatkan), ujian, pembuatan ijazah dan transkrip serta wisuda.

Era itu nampaknya sudah usai kawan. Masa pemujaan gelar sudah selesai.

Kini yang dinilai adalah kinerja, makanya: kerja, kerja, kerja.

Bagi politisi dan birokrat, kerja dan punya prestasi sekarang menjadi yang utama, bukan gelar akademik.

Bahkan bagi dosen, gelar akademik berderet-deret juga tak memiliki makna jika tak memiliki karya ilmiah yang membuktikan anda memiliki kepakaran, publish or perish.

Jadi, mari kerja.

Oh ya, kembali ke Bu Susi.

Kalau soal merokok, jelas saya ndak suka. Melakukannya secara terbuka tentu saja ndak elok. Jika kebelet merokok, cari saja smooking room terdekat.

Jadi kita persilahkan Menteri Susi bekerja, membuktikan bahwa pengalaman praktisnya berbisnis di sektor perikanan bisa bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Jika setahun nggak perform, menyalahgunakan kekuasaan, atau korupsi, baru kita hajar ramai-ramai.

jadi, mari kita awasi..

Tentu saja mengawasi kinerjanya, bukan tato phoenix dengan ekor menjuntai yang ada di betisnya. Kan bukan muhrim 😉

*****

Catatan: Tulisan ini diketik di Macbook buatan Apple yang foundernya -Steve Jobs – gak lulus S1 😉 saya share di facebook punya Zuck yang gak sarjana, dan konsepnya dibikin pake word punya microsoft punya Mbah Bill Gates yang juga drop out.

2 Comments »

  1. pemilihan jabatan menteri adalah pertaruhan antara majikan dengan supermajikan yaitu warga.

    dasar dan cara memilih juga diserahkan majikan. jika ada warga ada yang tak setuju, hal wajar.

    jika nantinya menteri yang dipilih juga tak sesuai harapan, ini tanggung jawab majikan.

    para supermajikan diharap menjalankan tugas masing-masing saja.

    dan sabar.

  2. Inget dulu ada seminar ekspor impor di FEUI th 2005 dimana moderatornya anak S2 FEUI yg sedikit mengusik om Bob Sadino dg masalah yg sama alhasil dijawab sm Om Bob dg jawaban yg ‘satir’ sehingga membuat sang moderator terkesan ‘bodoh’…

Tinggalkan Balasan