Saya sedih sekali membaca berita bahwa hewan yang dilepasliarkan oleh pemerintah di Rawadano diperebutkan oleh masyarakat.

Screenshot 2014-11-04 08.21.51

Saya tidak sempat konfirmasi, apa yang sebetulnya terjadi.

Namun memburu hewan liar, apa lagi yang baru dilepasliarkan bentuk kegagalan pendidikan.

Saya mau membagi sedikit cerita dan gambar.

Tempat saya tinggal sekarang, Kyoto adalah tempat yang cukup ramah bagi hewan-hewan liar.

Sungai Kamo, tempat favorit saya duduk dan minum kopi juga adalah tempat favorit bagi ikan, berbagai jenis burung dan bahkan berang-berang. Rusa  juga beberapa kali terlihat berkeliaran di Kamo.

Sungai Kamo

Tempat ini nyaman karena bersih. Hampir tak ada sampah meski sungai ini dekat dengan jalan raya, tempat parkir,  stasiun kereta, terminal kecil, perkantoran, perumahan bahkan pasar. Sampah barang langka di sungai, walaupun jarang ditemukan tempat sampah. Warga punya kesadaran membawa pulang sampah ke rumanya masing-masing dan membuang sesuai aturan. Anak-anak juga doyan bermain air di sana.

Hewan juga tidak diganggu. Mereka bebas lepas berkeliaran. Memang untuk beberapa jenis ikan ada lisensi untuk memancing, Izinnya diberikan setiap tahun dengan membayar sejumlah uang tertentu secara resmi dan satu lisensi untuk satu jenis ikan.

Ikan mas ukuran besar

bangau cewek bebek kamo berang-berang

Mungkin ada yang berkomentar, terlalu jauh membandingkan Serang dengan Kyoto.

Hmm, tulisan ini cuma mau bercerita saja, bahwa kemajuan tidak ditandai dengan perusakan alam secara semena-mena oleh manusia, tapi ditandai oleh kebersamaan manusia dengan alam dan isinya. Keserakahan manusia hanya menimbulkan kerugian.

Tinggalkan Balasan