Tiba-tiba saja kepikiran, ketika pulang nanti mau ngapain ya?

Masak ngebon doang, he he.

Yups tentunya ngajar sih, kan sudah kangen sama mahasiswi dan mahasiswa. Mengajar di kampus itu bikin pikiran selalu muda. Kalo rambut sih teteup gak bisa bohong, mundur ke belakang dan tambah banyak yang putih. Nggak mungkin sulam rambut kan?

Terbayang nanti menyesuaikan diri. Di sini sudah terbiasa tiap hari ngampus dan bekerja di meja sendiri dengan akses internet cepat dan akses pustaka yang baik. Nanti bahkan belum tahu akan punya meja sendiri atau tidak. Mungkin masih akan bareng-bareng di meja bundar yang besar sambil minum kopi hitam dan makan cucuwer atau pasung yang dibawa emak-emak datang dari Menes. Juga biasanya ada saja kawan yang gelar dagangan. Maklum dosen sekarang mesti survive makanya ada yang join asuransi, jualan brownies, bros, bontot, dan lain-lain. Yang penting halal tho?

Hmm sekarang yang kepikiran sih bagaimana teteup bisa riset dan publikasi.

Jika selama kuliah bisa terbit tiga tulisan di jurnal, mestinya ketika aktif kembali di tanah air mesti lebih baik lagi. Ya masak sih nggak bisa setahun satu jurnal, he he.

15307106724_1e79496bd3_o

Tapi memikirkan riset dengan skema dana APBN memang bikin mules. Bukan soal isi risetnya sih, tapi soal aspek administrasi keuangannya. Cerita mesti bohong, mencari dana talangan atau potongan masih ramai saja di grup dosen. Ndak heran kalau kata KPK banyak doktor atau profesor kena kasus korupsi. Lha wong sistem pelaporan riset memaksa banyak kawan melakukan itu.

Hmm semoga situasi akan membaik ketika aku pulang nanti. Atau terpaksa nanti bikin riset mandiri atau cari jaringan riset dari luar kampus.

Sekarang sih fokus dulu menulis disertasi.

Tinggalkan Balasan