Tulisan ini mulai dibuat di tengah presentasi kawan-kawan yang hebat. Dalam keseharian konyol, banyak becanda dan banyak belanja, ups. Tapi presentasinya hebat-hebat, memukau, fascinating ! Ini adalah akhir dari short course kami, […]
Tulisan ini mulai dibuat di tengah presentasi kawan-kawan yang hebat.
Dalam keseharian konyol, banyak becanda dan banyak belanja, ups. Tapi presentasinya hebat-hebat, memukau, fascinating !
Ini adalah akhir dari short course kami, menunjukkan kepada para pengajar bahwa kami belajar. Pak Wim, Prof. Susan, Prof.Henk, Dr. Ward dan Nancy hadir untuk bertanya dan memberikan masukan. Such as wonderful moment…
Judul tulisan ini memang minggu terakhir, tapi saya akan menceritakan kelas-kelas yang belum saya ceritakan dan ujungnya ya, malam perpisahan. Jadi sabar, ini akan jadi salah satu posting dengan foto terbanyak, itupun gak semua masuk, he he.
***
Pada tanggal enam November kami punya dua Dosen keren, Dr.David Kloss dan Dr. Yatun Sastramidjaja.
Dr David Kloss menyampaikan “Female islamic leadership in Southeast Asia and question of citizenship, a gender studies approach”. Kloss menyampaikan risetnya di Malaysia dan Aceh, serta observasinya di kegiatan KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia). Penyampaian Kloss amat menari, segera saja ia menjadi favorit para peserta short course dari kalangan Ibu-ibu 🙂
Kelas selanjutnya dari Bu Yatun, Ia menyampaikan kuliah: “Global youth and citizenship”. Terdapat diskusi panas tentang definisi pemuda, dan para peserta shortcourse harus menerima bahwa mereka tidak muda lagi, he he
Besoknya kami harus ke Vrije University (VU), dimana ada beberapa kelas yang akan kami dapatkan. Mbak Nancy dan Mbak Widya menjemput kami di Amsterdam Zuid. Makasih yaaa.
Trus kami jalan deh ke VU
Nah di VU Prof. Thijl Sunier, menyampaikan kuliah: “Islam in Europe in a comparative perspective”. Ia menyampaikan berbagai data dan persepektif tentang orang islam dan islam di Eropa.
Setelah itu dilanjutkan dengan kelas dari Prof. Susan Legene: Lecture and skills lab on “Colonial histories, histories of imperialism, national historiographies: how we conceptualize and deal with its sources for citizenship problems”
Kegiatan hari itu belum selesai, kami menghadiri pengukuhan Prof. Wyne Modest yang akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul: “Pressing Matter: Reckoning with Colonial Heritage”
Tak nampak karangan bunga besar-besar, atau kresek berisi bingkisan dan makanan kotak. Bahkan Professornya tetap dengan rambut gondrong reggae, he he. Tentu dilanjutkan dengan memberikan ucapan selamat dan makan-makan, walaupun tentu hanya minum jus dan snack dari snack bar.
Ternyata belum selesai juga, beberapa kawan memutuskan melakukan observasi ke kawasan red-light. Observasi merupakan bagian penting untuk memahami kondisi sosial sebuah daerah (halah, alesan)
Observasi diakhiri (atau diawali?) dengan makan ayam panas (hot chicken) yang enak sekali 🙂 Tenang saja, ayam beneran.
***
Hari rabu ada dua kuliah lagi. Pertama dari Dr. Tom Hoogervorst, lecture on “Globalizing acces to manuscripts”. Tom menyampaikan bagaimana dunia digital berelasi dengan upayanya melestarikan naskah bagaimana naskah-naskah tersebut dimanfaatkan. Sebelumnya saya sudah mendengar reputasi Tom sebagai social linguist terkemuka. Senang diajar beliau 🙂
Kuliah selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah kuliah Dr. Guno Jones, lecture on “The instability of postcolonial citizenship”
Hari jumatnya kuliah di VU lagi, Dr. Ratna Saptari memberikan kuliah “Gendering research on Southeast Asian citizenship”. Bu Ratna membongkar pemikiran kami tentang kultur dan identitas. Bu Laxmi saking semangatnya sampai menangis terharu ketika menyampaikan pandangannya.
Nah setelah makan siang Prof. Ruard Ganzevoort, menyampaikan kuliah “Global interaction and citizenship, interrelegious studies approach. Ruard ini selain Professor, juga Dekan Fakultas Teologi dan Anggota Senat di Belanda.
Hari sabtu, bersama Susan Legene, Nancy Jouwe, dan Pak Ron Habiboe, berangkat ke Brussel visiting House of European history and Europalia. Di House of European History kami utamanya melihat perkembangan peradaban Eropa. Setiap lantai menunjukkan kurun tertentu. Berikut beberapa fotonya.
Sementara di Europalia, kami menyaksikan dua pameran: Ancestor and Ritual and Power and Other Thing
***
Nah 14 November 2017, kami kembali bertemu dengan Prof Susan Legene, on “Photography skills lab” di VU Amsterdam. Kami mendiskusikan hasil kunjungan lapangan ke Belgia dan juga mempelajari bagaimana menggunakan foto dalam riset.
Kelas dari Susan mengakhir kelas-kelas yang kami harus lalui.
***
Namun kegiatan masih harus diikuti dengan kunjungan ke Denhaag, menuju Pusat Pemerintahan Belanda (Binnenhof), Mahkamah Internasional dan Institut of Social Studies (ISS)
***
Nah, hari ini kami menghadapi final presentation. Berikut beberapa foto peserta yang presentasi. Mohon maaf jika belum semua masuk…
Fitri dari ISI Surakarta
Lilis, UNNES
Monika dari UNSNetty dari UnLamIqbal dari UPINatalia dari Univ Kristen Satya WacanaAngga dari UMAdityo dari UNIBLaxmi dari UnHaluAbah dari UntirtaRakhmat dari UNJShofa dari Univ. HamzanWadiAbdul Aziz dari UNMUH Makassar
Matrissya, Universitas GunadarmaJuhansar, UTYDina, Univ. Dayanu Ihsanudin
Lely dari UnSyiah
Nah, sorenya diadakan penyerahan sertifikat gelar M.Sc (Master of Short Course, he he) oleh Prof. Susan dari VU. Saya memiliki kesan mendalam terhadap Prof. Susan ini, berkharisma, berilmu, tapi nampak sederhana. Ia paginya mengatakan bahwa ia naik sepeda dari Leiden Centraal ke kampus. Oh ya kami punya kesamaan, sama-sama punya tas kanken, he he
Malamnya kami makan-makan di the Sumatera House. Ada penyerahan bingkisan untuk para Tutor. Kebetulan yang hadir Pak Ron, Pak Wim dan Mbak Nancy. Dilanjutkan tentu saja foto-foto
Waaaaaah selesai sudah. Sampai ketemu di Tanah air. Saya mau tidur dulu, badan minta haknya untuk diperhatikan.