Catatan Perjalanan Ke Eropa (5)
8 november Pagi aku sempat sarapan di hotel la manoir. Awalnya mau menghabiskan waktu dulu menggunakan jatah internet yang satu jam setiap hari-nya. Tapi Prof. Harald Tambs-lyche mengajak bergabung di […]
Catatan harian seorang Abah
8 november Pagi aku sempat sarapan di hotel la manoir. Awalnya mau menghabiskan waktu dulu menggunakan jatah internet yang satu jam setiap hari-nya. Tapi Prof. Harald Tambs-lyche mengajak bergabung di […]
8 november
Pagi aku sempat sarapan di hotel la manoir. Awalnya mau menghabiskan waktu dulu menggunakan jatah internet yang satu jam setiap hari-nya. Tapi Prof. Harald Tambs-lyche mengajak bergabung di meja-nya dan kami berdiskusi soal topik penelitian masing-masing. Ia bercerita banyak soal dinamika di Bangalore, India. Hmm pagi-pagi sudah dapat kuliah, he he, sambil ngupi-ngupi dan makan croissant pula.
Tak lama Jerome menjemput dan kami berangkat ke kampus. Rupanya disana diadakan acara penyambutan untuk peserta di cafetaria, jadi kami ngupi-ngupi sambil makan croissant (lagi).
Yang mengejutkan, seorang bule mendatangiku dengan hangat, “hai abdul, apa kabar?”, wajahnya tak aku kenal, namun dugaanku benar, dia Daromir Rudynkzi, dulu mahasiswa s3 UC Berkeley yang ketemu beberapa kali di Banten. Akhirnya kami berempat bersama Gabriel dan Jean Marc berdiskusi banyak soal banten dan indonesia, dengan bahasa indonesia, ditengah semua orang berbahasa perancis. Rupanya Jean Marc menjadi moderator dalam sesi dimana aku, Daromir dan Gabriel menjadi pembicara-nya.
Simposium dimulai, dan sesuai dugaaan, semua acara dari basa-basi sampai penyampaian makalah disampaikan dalam bahasa perancis, untunglah Gabriel berbaik hati menerjemahkan beberapa point penting dari setiap pembicara, sehingga sedikit banyak semua penyampaian materi bisa aku mengerti.
Sesi-ku sendiri dimulai pukul setengah tiga sore. Aku dan Daromir menyampaikan makalah dalam bahasa Inggris. Gabriel malah yang tampak tegang, he he. Daromir nampak percaya diri, ia menyampaikan presentasi berjudul “Engineering Enterpreneurial Ethics: from Faith in Development to Developing Faith in Contemporary Indonesia”. Ini merupakan sari dari bukunya yang berjudul sama dan mendapatkan penghargaan sebagai book of the year dari masyarakat antropologi amerika.
Diskusi berjalan lancar dan cukup menarik juga. Selesai sesi formal, beberapa peserta mendatangiku mengajak diskusi soal presentasiku setelah selesai tanya-jawab.
Alhamdulillah, berarti topik yang aku angkat cukup menarik dan presentasiku dapat dimengerti, he he.
malam ini ditutup dengan makan malam bersama di sebuah hotel. Hmm makanannya enak, namun penyajiannya lama. bertahap sesuai urutan: pembuka, makanan utama dan penutup. Habis itu aku dianter Jean Marc dan Gabriel ke perempatan dekat hotel. Nekad aja cari jalan ke hotel sendiri, alamak pake nyasar segala, sekitar satu jam nyari pintu gerbang hotel, dalam hujan pula, hiks.