Zahra dan Hana
“Asyiiiiik…………..” Zahra senang sekali, ia berteriak-teriak sepanjang pulang dari Yosoku Shogakkou. Randoseru yang disandangnya tak lagi terasa berat, begitu juga matahari yang mulai menyengat di musim panas Kyoto yang […]
Catatan harian seorang Abah
“Asyiiiiik…………..” Zahra senang sekali, ia berteriak-teriak sepanjang pulang dari Yosoku Shogakkou. Randoseru yang disandangnya tak lagi terasa berat, begitu juga matahari yang mulai menyengat di musim panas Kyoto yang […]
“Asyiiiiik…………..”
Zahra senang sekali, ia berteriak-teriak sepanjang pulang dari Yosoku Shogakkou. Randoseru yang disandangnya tak lagi terasa berat, begitu juga matahari yang mulai menyengat di musim panas Kyoto yang lembab.
“Tadaimaaaaa….Ibuuuuuuu ..”seru Zahra sambil berkali-kali memencet bel Apato
“Okaerinasai, ada apa Mbak Zahra? kok lkelihatan senang sekali?”
“Minggu depan aku mulai berenang bu, di sekolah” kata Zahra sambil membuka kulkas dan meneguk langsung dari botol
“Wah asyik, pasti kamu senang sekali ya?”
Zahra memang belum lancar berenang, tapi ia suka nyebur di kolam renang kecil punya teteh Hanifa di Pandeglang bersama-sama sepupu-sepupu yang lain
***
Rabu, 26 Juni 2013
Hari ini sudah hari ketiga Zahra berenang, ia senang sekali. Setelah dua hari hanya nyebur di bagian yang dangkal, Zahra mau coba bagian yang agak dalam. Ia merasa pede, “masak berenang cuma di bagian dangkal, kayak Pramunsyi aja”. Zahra membatin, mengingat adiknya yang bandel dan nyebelin itu. Saori Sensei memang belum membolehkan Zahra ke bagian yang dalam, karena tahu Zahra belum terlalu lancar berenang.
Nah, ketika melihat Saori Sensei pergi ke ruangan mengambil minum Zahra melompat kuat ke arah ujung. Disana ia juga melihat Ayaka, Sindi dan Kipe sedang bermain bola di air. “Huh masak aku kalah sama anak Jepang sih”.
Zahra berencana mengejutkan Sindi, kawan karibnya itu. Belum lagi meraih tubuh Sindi, tiba-tiba Zahra kehilangan keseimbangan, perutnya agak sakit dan terasa keram, mungkin karena waktu sarapan menghabiskan coklat punya Pramunsyi.
Zahra berteriak “Tasuketeeee”. Tapi air malah masuk ke tenggorokannya dan ia mulai merasa semakin jatuh ke dasar kolam…
Tiba-tiba seorang anak perempuan berkuncir dua dengan pita berwarna biru terlihat samar mendekati, berenang dengan kecepatan tinggi. Ya ampun, anak itu berenang seperti Ikan yang sering dilihatnya di Kamogawa, begitu lincah dan tenang, tangan dan kakinya tak mengayuh seperti orang berenang, tapi seperti putri yang menari di air. Anak itu juga tersenyum kepada Zahra, meraih tangan Zahra dan menariknya pelan namun bertenaga ke pinggir dan kemudian ke atas permukaan, mengantarkan tangan Zahra meraih pegangan besi di bibir kolam dan mendorong pantat Zahra untuk naik ke atas pinggir kolam.
Anak itu tersenyum lagi, manis sekali seperti bunga matahari dan kemudian melesat berenang, berbaur bersama teman-temannya di sisi yang lain. Zahra melongo, tak bisa membalas tersenyum. Ketika hendak berkata “Arigatou” yang keluar dari mulut adalah seliter air kolam. Zahra kemudian hanya melihat ribuan kunang-kunang dalam gelap.
***
Lha, anak itu kelihatan lagi. Lho dia tak pakai baju renang, tapi pake baju pink dan randoseru. Kuncirnya masih dua dengan pita biru. Zahra memanggilnya, “Haloooo, Arigatooo”
Anak itu menengok, tersenyum dan berlari ke arah taman yang indah, kelihatannya mengejar kupu-kupu biru yang beterbangan
Zahra mengejar, tapi anak itu lari secepat kijang
“duh anak jepang yang langsing-langsing memang larinya kencang sekali ” Zahra bicara dalam hati.
Nah anak itu kelihatan lagi, di depan sebuah rumah yang baguuuuus sekali, mirip istana-istana di Disney-Sea yang tahun lalu dilihatnya. Anak itu terlihat mau masuk
Zahra memanggil lagi, “Halooo, watashi wa Zahra desu, Arigato Gozaimasu”
Anak itu menengok tersenyum dan membuka pintu, wangi tercium dari rumah itu
Zahra berusaha meraih lengan anak itu, tapi Zahra langsung melepaskannya, dingin sekali seperti es batu.
Anak itu masuk ke dalam rumah, Zahra memegangi pintu hendak menyusul, tapi anak itu tiba-tiba berteriak keras kearahnya “Dame..”sambil mendorong Zahra yang terhuyung ke tanah, dan tiba-tiba ribuan kunang-kunang itu muncul kembali menutup rumah dan memenuhi pandangan mata Zahra.
*******
“Zahra Okite” sayup-sayup terdengar suara Saori Sensei
“Zahra, bangun sayang” hah ada suara lembut Ibu juga
“Dimana aku?” kata Zahra lirih
“Kamu di klinik nak, tadi kamu ketemu sudah pingsan di pinggir kolam renang, duh untung gak apa-apa. Makanya nurut ya, kata Sensei kamu belum lancar makanya jangan ke bagian yang dalam dulu” Ibu bicara panjang lebar
Zahra tiba-tiba melompat dari matras klinik, dan lari keluar, meninggalkan Ibu yang terus mengomel. Ia ingin mencari anak berkuncir dua yang tadi menyelamatkannya. Sepertinya anak kelas 2.2, soalnya ia belum pernah melihatnya. Tapi tak ada anak-anak di luar. “Zahra, teman-temanmu di hall lantai atas, sedang berdoa bersama”, kata Saori Sensei.
Zahra segera melesat ke lantai atas, ia melihat teman-temannya sedang berdiri rapi, berjajar di depan sebuah foto. Semua anak memegang origami, bermacam-macam.
Zahra melihat sekeliling mengamati teman-temannya tak ada yang seperti anak tadi, sampai ia melihat foto yang dikerumuni teman-temannya.
Wajah di foto itu adalah seorang anak berkuncir dua dengan pita biru, memakai baju pink dan memakai randoseru tersenyum manis,
dibawahnya terulis, Rest In Peace Hanaka Murakami, 26 Juni 2012.
“Zahra”
Ia menengok, Yasaka Sensei, guru kelas 2.2 menemuinya “daijobu?”
Zahra mengangguk “Haik sensei”
“Hana Chan harusnya ada di tengah-tengah kita. Ia meninggal tepat setahun yang lalu, ketika berenang di kolam renang sekolah. Kata dokter mengalami keram perut ketika berenang. Hana Chan anak yang baik hati, tidak sombong, suka menolong, ramah dan suka menabung. Jadi hari ini kita semua berdoa bersama dan semua anak membuat origami untuk Hana Chan. Hana Chan suka sekali membuat origami” Yasaka sensei bercerita tanpa diminta, mukanya sedih sekali.
Zahra melongo, matanya menghangat dan perih, ia berusaha menahan tangis
Yasaka Sensei melanjutkan ” Tapi untung kamu datang dari Indonesia dan sekolah disini, rasanya kamu seperti pengganti Hana Chan, apalagi ibumu bilang kalau Zahra artinya juga sama dengan Hana, bunga”
Zahra tak bisa menahan air mata lagi, ia menangis dan memeluk Yasaka Sensei erat-erat ” Hana Chan.. arigatou..”
Kyoto, 29 Juni 2013. Untuk Ayu.
Selamat Jalan Hana Chan, semoga tenang di alam sana.