Ada kabar bagus untuk rekan-rekan dosen, yaitu pembaharuan dalam beberapa aspek beasiswa Dikti. Ya, beasiswa yang terkenal sering terlambat ini nampaknya menunjukkan arah-arah perbaikan. Contohnya adalah ditransfernya sejumlah uang yang diduga tuition fee ke rekening karyasiswa jauh-jauh hari sebelum jadwal pembayaran.

Ya, walaupun tak ada keterangan itu uang untuk apa, selain keterangan dikirim dari Kemenkeu, bagaimanapun ini cukup melegakan. Uang tinggal disimpan dan dibayarkan ketika saatnya kampus menagih. Ya tentu saja ada baiknya jika dikti mengirimkan email berisikan keterangan uang sudah dikirim ke siapa, sejumlah berapa dan kapan, untuk membuat jelas keadaan. Kabarnya kawan di beberapa kampus menerima kurang dari seharusnya karena harus menanggung biaya kirim.

Kejutan lain adalah beredarnya buku panduan beasiswa 2014 yang menyatakan bahwa syarat TOEFL hanya 500/ IELTS 6.0, ada bridging untuk pelatihan bahasa sebelum menempuh program sekolah dan ada tunjangan keluarga.

Huh, langsung geregetan deh.

Bagaimana tidak, dua kemudahan di atas adalah dua hal yang sempat mengganggu kesempatan saya dapat beasiswa Dikti beberapa tahun lalu. Yups, saya sempat mengalami kurang IELTS walaupun sudah diterima di Murdoch Univ. dan UWA. Sehingga LoA bersyarat musti memenuhi IELTS atau ikut bridging. Nah celakanya Dikti tak punya kebijakan semacam itu, sehingga pada waktu itu gagal.

Kemudian soal tunjangan keluarga juga pastinya melegakan dan membuat bersemangat buat para calon pendaftar. Berat rasanya memang tanpa tunjangan keluarga, walaupun tentu saja selalu ada rejeki asal berusaha.

Oh ya, apakah saya menyesal karena beberapa tahul lalu itu tak dapat beasiswa Dikti?

Tidak. Saya dapat beasiswa Diktoi 2012. Pas waktu istri saya pulang sekolah S2 di Belanda, jadi keluarga bisa nunut saya ke Kyoto. Pas juga waktu itu saya selesai mengajukan kenaikan Jafung ke Lektor Kepala, dan SK nya sudah di tangan. Pas juga karena dapat kampus yang bagus, Doshisha University dan Sensei yang amat baik.

Oh ya, hal-hal baru dalam beasiswa Dikti bisa dicek disini: http://www.dosenindonesia.net/?p=287

5 Comments »

  1. Mas Hamid, saya mau tanya barangkali mas tau. Seperti yang mas sebutkan diatas, sekarang ini Dikti bekerjasama dengan beberapa universitas untuk program bridging bahasa Inggris, sehingga untuk Universitas yang masuk dalam kelompok pertama hanya memerlukan conditional LoA. Tapi kalau saya lihat dari daftar yang tidak lolos wawancara BPPLN, ada yang tujuannya ke universitas kelompok pertama tapi tidak lolos wawancara dengan alasan bahasa Inggris tidak memadai atau LoA bersyarat. Apakah mas Hamid tau kenapa bisa seperti itu? Terima kasih 🙂

    • Berdasarkan panduan 2014 memang ada alokasi untuk bridging. namun saya ndak paham dalam implementasinya, cuma memang proses beasiswa Dikti suka aneh. Jadi ada baiknya kontak ke Ditnaga Dikti langsung.

      • Saya sudah cek ke salah satu peserta wawancara BPPLN. Ternyata conditional LoA utk kelompok pertama saja katanya masih belum cukup. Perlu ditambah offer EAP dgn jaminan free biaya EAP dan living cost dr univ bersangkutan yang perlu dibawa pada saat wawancara. Mksh mas,,,

Tinggalkan Balasan