Tulisan Cla-X Indonesia dan Rudai/Rudal di beberapa batu di Fujisan sungguh membuat hati saya dongkol.

Ya, anak yang menulis graffiti ini betul-betul sukses membuat malu orang Indonesia, khususnya di Jepang. Kami setidaknya mesti mempersiapkan diri menjawab berbagai pertanyaan yang akan muncul. Ayu, yang tadi pagi ikut melihat berita ini sudah khawatir “teman-temanku tahu tidak ya?”. Maklum, Ayu minoritas di sekolahnya, hanya ia dan adiknya Ilham, anak Indonesia yang bersekolah di SD-nya.

Untunglah sekarang masih liburan musim panas.

Sumber: http://livedoor.blogimg.jp/matome2ch_jp/imgs/0/e/0ee60fc0.jpg

Screenshot 2014-08-08 09.56.08

Saya sendiri tidak menunjuk hidung siapa-siapa. Jikalau istilah “Alay” digunakan dalam judul, itu merujuk pada gaya bahasa dalam graffiti: Cla-X yang menurut beberapa kawan di facebook bisa dibaca Kla-10 alias Kla-Ten. Bisa jadi merujuk pada dari mana si pembuat heboh ini berasal. Jika benar, ini secara khusus mempermalukan Klaten di seluruh dunia.

Padahal hubungan Jepang dan Indonesia dalam konteks negara dan masyarakat semakin lama semakin baik. Jika tidak ada aral melintang, akan ada kebijakan bebas visa bagi WNI untuk datang ke Jepang. Ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari Jepang ke Indonesia maupun ke masyarakat Indonesia.

Selain itu, berbagai kebijakan yang ramah terhadap kaum muslimin juga semakin banyak. Pemerintah dan asosiasi misalnya, mulai menyediakan informasi makanan halal bagi pengunjung muslim. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, ini tentu menyenangkan bukan? Sebagai contoh silahkan buka situs ini yang menyediakan info makanan halal di Kyoto. Oh ya, sarana ibadah juga mulai diperhatikan. Di kampus saya misalnya, tersedia mushola untuk melaksanakan sholat lima waktu.

Screenshot 2014-08-08 09.35.00

Di sisi lain, ada banyak orang Indonesia yang berada di Jepang untuk sekolah maupun bekerja. Saya sering mendengar cerita, pekerja dari Indonesia disukai di Jepang, karena baik dan pekerja keras. Mahasiswa dari Indonesia juga cukup disukai karena biasanya pintar dan ramah.

Amat disayangkan jika kepercayaan yang didapatkan dengan tidak mudah dihancurkan begitu saja oleh mahluk semacam “Cla-X” ini dengan melakukan vandalisme di tempat yang dianggap suci dan merupakan warisan dunia (world heritage).

Sumber: http://whc.unesco.org/uploads/thumbs/site_1418_0006-260-260-20130620143243.jpg

Terakhir, bagi saya ini soal pendidikan. Pendidikan berhasil mengantarkan seorang Cla-X ke Jepang, entah sebagai turis, pekerja atau anak sekolah. Namun pendidikan gagal mengajarkan anak ini cara berperilaku yang baik dan menghormati alam dan budaya orang lain.

Kepada warga Jepang saya mohon maaf sedalam-dalamnya.

 

2 Comments »

Tinggalkan Balasan