SBY akhirnya datang ke Kyoto tanggal 29 September untuk menerima Doktor kehormatan bidang demokrasi dan perdamaian dari Ritsumeikan University. Hal ini di tengah kecaman terhadap sikap SBY dan Partai demokrat dalam persoalan UU Pilkada.

Saya sebagai mahasiswa yang diundang memilih hadir. Di tengah polemik pilkada, saya ingin mendengar langsung dari mulut SBY sikapnya soal Pilkada. Ini konteks penting bagi disertasi saya soalnya. Ada seorang kawan yang memilih tak hadir karena takut tak bisa menahan diri untuk meneriaki SBY ketika berpidato. Saya dan dia saling menghormati 😉

Bagitu sampai kampus Rits, surprise juga, banyak sekali muka-muka Indonesia yang hilir mudik. Seorang kawan memberitahu kalau jumlah rombongan ada 150 orang, termasuk 8 menteri. Banyak bangeeeet

Kabarnya semua hal selama urusan di Jepun  juga didanai jakarta (baca: pajak rakyat Indonesia) : pesawat, hotel, transport darat, makan, dsb. Wah kita memang negara yang kaya banget 🙁

Nah, sayangnya dengan rombongan sebanyak dan sepeting itu (Ada Presiden, Bu Ani, Mendikbud, Wamenlu, Mendag, MenPerin, MenKelautan, Menkoperekonomian, Menko polkam, Pak Emil Salim, dsb)  tak ada dialog antara Presiden dengan warga Indonesia di Kyoto. Padahal awalnya djadwalkan (baca tautan ini), namun entah kenapa batal.

SBY mempercepat kepulangan, awalnya tanggal 30, dipercepat menjadi tanggal 30 dini hari, dipercepat menjadi tanggal 29 sore harinya, setelah ketemu rombongan pengusaha Jepun.

Untunglah, sbagai hiburan, akhirnya dijadwalkan ada dialog antara mahasiswa dengan Mendikbud seusai acara pemberian gelar Doktor.

Di bawah ini profil Pak SBY, dua paragraf terakhir menarik, soal menulis karya ilmiah, puisi dan juga lagu, he he

2014-10-01 09.33.30-1

Acara berlangsung lancar, saya lihat di sudut juga ada kawan-kawan Indonesianis Jepang yang menyimak pidato SBY dengan serius. Pidato SBY juga nggak istimewa, biasa saja. Tentang demokrasi, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, demokrasi dan Islam. (Nanti saya upload pidatonya) Yang keren dan canggih justru alat teleprompter yang dipakai, seakan-akan SBY pidato tanpa text, padahal membaca text. Ini menipu, banyak yang berdecak kagum, dikira SBY menghafal text pidato 😉 (maap salah fokus)

Soal Pilkada, SBY menyatakan kecewa dengan apa yang terjadi di parlemen dan berjanji akan mengembalikan Pilkada langsung, walaupun 20 hari lagi pensiun sebagai presiden.

2014-09-29 11.54.00

Hmmm kita tunggu janjinya ya, semoga dipenuhi.

Nah, siangnya habis sholat ada dialog dengan Pak Nuh, soal pendidikan.

Pak Nuh menyampaikan beberapa persoalan pendidikan. Sayangnya di waktu yang terbatas malah banyak menyampaikan soal apakah 4X6=6X4. Ia juga menyampaikan komitmen presiden terhadap Pilkada langsung.

Dalam sesi dialog saya menyampaikan persoalan-persoalan pendidikan tinggi: ketertinggalan dengan malaysia, fasilitas dasar yang buruk, rendahnya kesejahteraan dosen, termasuk soal petisi, dsb. Saya menyampaikan, ini hasil menjaring aspirasi di facebook 😉

Pak Nuh menyampaiakn bahwa persoalan utama fasilitas adalah anggaran. Persoalan rendahnya publikasi karena salah satunya soal budaya, karena itu mesti dipaksa, makanya ada surat edaran mewajibkan menulis jurnal bagi mahasiswa S1, S2 ( di jurnal terakreditasi) dan S3 (di jurnal internasional). Persoalan kesejahteraan ia menyampaikan bahwa dosen di PTN BLU mulai menerima tunjangan kinerja. Nah katanya, nanti giliran staf yang protes kalau dosen lebih baik kesejahteraannya karena mereka menganggap kerja dosen hanya mengajar sementara staf bekerja penuh waktu. Tapi Pak Nuh menyampaikan, semoga ada equilibrium. Kabar lain adalah adanya slot khusus bagi mahasiswa terbaik untuk ikut seleksi PNS dari jalur khusus.

Hmmmm, Pak Nuh nampaknya memang terlalu berkonsentrasi ke Dikdasmen, dan tidak terlalu fokus ke persoalan pendidikan tinggi ya.

Pak Ishaq menyampaikan persoalan beasiswa dikti : buruknya komunikasi, tunjangan keluarga, masalah perpanjangan dan berdirinya PKDLN (Perhimpunan Karyasiswa Dikti di Luar Negeri).

Pak Nuh menjawab dengan meminta maaf soal keterlambatan beasiswa. Soal tunjangan keluarga tidak disampaikan secara jelas, begitu juga dengan perpanjangan. Namun ia menyambut baik berdirinya PKDLN. Ia juga menekankan soal akan ditanganinya beasiswa di semua Direktorat di kemendikbud ke dalam satu Unit yang khusus menangani persoalan beasiswa.

Yang menarik adalah adanya pertanyaan dari seorang mahasiswa yang belajar Nano-Bio-Technology dan kesulitan bekerja di Indonesia. Pak Nuh menyampaikan bahwa lapangan kerja itu luas dan mengabdi bisa dimana saja, tak harus di Indonesia. Nasionalisme sudah melampaui locus.

Yah, walaupun dialog ini tidak memuaskan, tapi setidaknya ada masukan buat Pak Nuh. Walaupun juga Pak Nuh akan selesai jabatannya.

Hmm sorenya saya nongkrong di depan hotel Ritz Charlton, tempat SBY dan rombongan sedang bertemu dengan pengusaha Jepun. Tapi soal ini ceritanya lain kali saja ya…

(catatan: Saya sebenarnya sudah menulis cukup banyak dan baik tentang kedatangan SBY, namun naskahnya entah dimana, tak ada di draft. jadilah tulisan singkat ini yang ditayangkan. gomenasai)

Tinggalkan Balasan