Marketing Kebencian
Jokowi mengucapkan sumpah menjadi Presiden “Sakitnya tuh disini..” Mungkin itu ucapan beberapa sahabat kita Yups, masih ada rupanya yang belum move on, merasa pertarungan dengan Jokowi masih belum selesai Ya, […]
Catatan harian seorang Abah
Jokowi mengucapkan sumpah menjadi Presiden “Sakitnya tuh disini..” Mungkin itu ucapan beberapa sahabat kita Yups, masih ada rupanya yang belum move on, merasa pertarungan dengan Jokowi masih belum selesai Ya, […]
Jokowi mengucapkan sumpah menjadi Presiden
“Sakitnya tuh disini..”
Mungkin itu ucapan beberapa sahabat kita
Yups, masih ada rupanya yang belum move on, merasa pertarungan dengan Jokowi masih belum selesai
Ya, masih berusaha mencari kata-kata penuh kebencian untuk dilontarkan, bahkan ketika Jokowi dan Prabowo sudah bertemu untuk bersilaturahim.
Hmm
Sampai sekarang saya masih heran, dengan embel-embel Islam yang dipakai media ini. Apa maksudnya? Media ini tak henti menebar bibit-bibit kebencian. Seolah pemilihan presiden adalah perang yang tak kunjung usai. Apakah mereka merasa bertambah pahalanya jika semakin banyak orang membenci orang yang lain? Entahlah
Saya sendiri menduga, inilah jenis marketing yang dijalankan mereka. Marketing Kebencian.
Jika tabloid kuning mendongkrak oplah dan iklan dari gosip yang diberitakan, maka media semacam ini menaikkan oplah dan meraup iklan (dan juga mungkin kontrak atas berita) dari kebencian yang diramu dan disebarkan.
Begitu “perang”, berakhir, maka laju bisnis terancam mandeg. Diciptakanlah konflik-konflik imajinatif, ilusi seakan-akan Jokowi dan tentu saja JK sebagai “musuh Islam”.
Ilusi ini disebarkan melalui media sosial, dan bagi kelompok tertentu menyebarkannya juga seakan-akan sebuah ibadah.
Malang nian mereka ya