Pesta rakyat usai dan sampah membanjiri monas dan sekitarnya.

sumber:http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1413875714.jpg

Padahal panitia sudah mengingatkan:

Apa daya, sampah tetap menggunung.

Media sosial juga kemudian dipenuhi sampah. Ups maksud saya banyak pernyataan negatif bahwa revolusi mental yang menjadi slogan presiden terpilih adalah omong kosong, karena pendukungnya membuang sampah sembarangan.

Bagi saya, perilaku membuang sampah sembarangan adalah justru produk nyata pendidikan kita yang mendesak dibenahi.

Inilah produk berbagai perubahan kurikulum, hasil bapak/ibu guru mengajar di sekolah dan madrasah dan tentu juga hasil didikan Ibu/Bapaknya di rumah. Tak lupa, hasil pembinaan para pemuka agama masing-masing juga di berbagai tempat belajar agama.

Pendidikan kita memang menghasilkan beberapa gelintir siswa yang menjuarai berbagai olimpiade sains dan matematika, tapi juga menghasilkan lebih banyak alumni yang pandai membuang sampah sembarangan dan melanggar aturan lalu lintas.

Sumber:http://edorusyanto.files.wordpress.com/2012/06/mampang-busway-4.jpg

Pendidikan karakter telah lama didengungkan tanpa pernah disampaikan, apa hasil sebenarnya dan bagaimana itu diukur.

Padahal, mengukur hasilnya adalah dengan melihat realitas sehari-hari: soal buang sampah dan melanggar peraturan lalu lintas tadi.

Bagi saya, sekali lagi, tumpukan sampah atau lebih tepatnya kerumunan masyarakat yang membuang sampah sembarangan adalah wajah nyata hasil pendidikan kita di masa-masa pemerintahan sebelumnya.

Justru disanalah revolusi mental menjadi penting dimulai.

Revolusi mental menjadi omong kosong ketika lima tahun lagi, dalam event yang sama, tumpukan sampah tak berkurang.

Oh ya, siapa Menteri Pendidikan yang berani mewujudkan tantangan tersebut?

Tinggalkan Balasan