Rombongan dengan bis kampus sudah meluncur pulang dari Bandara. Saya masih terpaku di bangku besi, menunggu istri yang akan mendarat beberapa jam lagi dari Beijing. Sejam lalu saya pulang dari Singapore, bersama Bu Nia membawa mahasiswa MAP sebanyak 26 orang menengok Merlion yang kesepian.

WhatsApp Image 2017-05-11 at 10.07.27 PM

***

Kegiatan ini tak sepenuhnya studi dan tak sepenuhnya jalan-jalan. Fifty-fifty lah begitu. Bahasa kerennya company visit. Kalau dulu disebut study tour, kalau DPR menyebutnya study banding. Suka-suka.

Namun kunjungan ini penting dan sesuai saran Prof Rhenald Kasali yang termasyhur itu di tulisannya yang berjudul paspor. Mengajak mahasiswa untuk melihat negara lain, ke luar dari tempurung dan zona nyaman. Kami juga tak main-main, menginjakkan kaki ke kampus nomor satu di Asia, National University of Singapore, berdiskusi dengan civitas akademika di sana dan mendapat banyak pencerahan. Siapa tahu kampus kami, Untirta bisa ikut maju pula. Jika keluarga Riady yang domisilinya di Banten (Karawaci banten tho) bisa menyumbang banyak untuk NUS, masak ndak bisa untuk Untirta, he he. Mosok nunggu saya jadi Rektor dulu 😉

WhatsApp Image 2017-05-11 at 8.39.18 PM

WhatsApp Image 2017-05-10 at 7.39.31 PM

Saya amaaat menikmati reuni dan diskusi dengan Mbak Ai, kandidat Doktor di NUS, senior saya di FISIP UI (Kami sama-sama mantan Ketua Senat FISIP UI, cie cie) yang memang pintar. Ia mampu menjelaskan bagaimana Singapore bisa survive dengan cara membangun manusia-manusia unggul dengan kompetisi sejak pra-sekolah. Sebagai sosiolog, Mbak Ai membuat saya dan mahasiswa saya jadi cukup paham konstruksi bangunan sosial masyarakat Singapore.

WhatsApp Image 2017-05-10 at 7.38.09 PM

WhatsApp Image 2017-05-10 at 6.28.25 PM

Dari kunjungan ke NUS tersebut, tentu mahasiswa saya juga bisa melihat keseriusan pemerintah dalam pendidikan tinggi tercermin juga dari apa yang bisa disaksikan dengan mata: fasilitas belajar yang aduhai, kampus yang luas, fasilitas olahraga yang setara olimpiade, dan lain-lain tak bisa disebutkan di sini.

Oh ya, penjelasan tentang pelayanan publik juga mengesankan. Harap maklum, tujuan utama ke Singapore memang untuk belajar (baca: melihat dan merasakan) bagaimana pelayanan publik diberikan oleh pemerintah. Itu mata kuliahnya Bu Nia, sekprodi sekaligus pimpinan rombongan.  Bahasa kerennya Participatory Observation. Melihat bagaimana layanan transportasi, fasilitas khusus difabel, dan tentu saja pendidikan.

Tentu juga membuktikan kalau denda untuk yang makan minum atau merokok di kereta itu memang tidak hoax, termasuk untuk memberi makan burung sembarangan.

WhatsApp Image 2017-05-11 at 10.08.08 PM

***

Alhamdulillah semua sudah sampai ke tanah air dengan selamat. Pasti ada banyak manfaat lain. Ada yang phobia pesawat sudah bisa menumpak (ini bahasa Pandeglang artinya naik tapi secara harafiah) pesawat di dekat jendela, ada yang sudah punya keberanian mempraktekkan bahasa inggris (walaupun bahasa inggris salah paham: biar salah yang penting paham), ada yang sudah paham bagaimana membeli tiket MRT via mesin dan membaca peta jaringan MRT, ada pula yang terus berusaha tidak menjomblo lagi, eh.

Yang jelas masih ada tugas tersisa: menerbitkan buku tentang pelayanan publik berbasis pengalaman dan tentu teori di perkuliahan. Ini akan menjadi buku pertama yang diterbitkan MAP Untirta.

Oh ya, sepanjang perjalanan juga terjadi interaksi dan diskusi-diskusi yang dalam dan berkesan. Sudah dua mahasiswa MAP yang bertekad untuk study lanjut ke S3 luar negeri selepas lulus S2. Ada diskusi panjang yang dalam soal isu-isu agraria, pendidikan, politik dan kampus, sambil makan nasi briyani. Saya belajar banyak. Ada juga mahasiswa yang curi-curi waktu mendiskusikan tema tesisnya. We time ini sungguh berkualitas. Bahkan ada yang nekad nitip barang ke Kaprodinya karena belanja banyak sekali, he he

Btw..

Mau punya pengalaman seperti mahasiswa MAP di atas? ayo daftar ke MAP Untirta: Link Penerimaan Mahasiswa Baru. 

Up to the next level…

 

 

6 Comments »

  1. Perjalanan yang amat berkesan pak. Ada banyak hal lain yang di dapat dari negara lain. Semoga nanti kita bisa bersama-sama kembali berkunjung dalam rangka belajar dan berlibur 50:50 seperti ini lagi pak he he he

  2. Terima kasih pa kaprodi sudah membuat perjalanan ini terasa menyenangkan… dari tulisan ini saya sedikit mengerti bagaimana pembuatan thesis kualitatif. Hehehehe

  3. Barokallo_H, puji syukur atas semua nikmat yg diberikan Allo_H SWT., semoga MAP Untirta beserta seluruh civitas akademika umumnya, khususnya pa Kaprodi juga para lulusannya tambah sukses, tambah keren, dan bersama2 membangun bangsa Indonesia dengan amanah. A_MI_N.

Tinggalkan Balasan