Mas Ishaq, sahabat saya beberapa waktu lalu dilantk menjadi Kepala Humas dan Protokoler Universitas Hasanudin. Saya sebagai teman ngopi, ikut bangga sekali. Jadilah posting fesbuk kawan saya tersebut selanjutnya banyak tentang […]
Mas Ishaq, sahabat saya beberapa waktu lalu dilantk menjadi Kepala Humas dan Protokoler Universitas Hasanudin. Saya sebagai teman ngopi, ikut bangga sekali.
Jadilah posting fesbuk kawan saya tersebut selanjutnya banyak tentang Unhas. Salah satunya mengabarkan tentang akreditasi berbagai Prodi di Unhas.
Keren bingits, 50 dari 60 prodi S1 di Unhas terakreditasi A.
Nah kemarin juga kebetulan reuni di sebuah kegiatan di Bali dengan beberapa kawan dari Prodi Ilmu Politik UI. Kebetulan saya sempat mengajar juga di sana, hanya tak bertahan. Sementara Adit, Ipul dan Hurriyah, bertahan dan malahan menjadi para pejabat, he he. Iseng saya tanya Ipul, akreditasi prodi Ilmu Politik sudah A, bahkan sedang persiapan untuk akreditasi AUN. Maklumlah, jaman saya kuliah dulu beberapa kawan pernah memprotes prodi yang akreditasinya C dengan membuat kaos. Yang saya inget pake kaus itu adalah Eko.
Jadi kampus-kampus besar sekarang nampaknya sudah menjadikan akreditasi A sebagai standar minimal dan beranjak ke akreditasi internasional.
Sebagai Ketua Prodi S2 yang terakreditasi C, saya merasa tergugah juga. Saya kan ngajar di PTN juga, dan rasanya usia PTN kami udah gak muda-muda banget. Kebangetan selalu ngumpet dengan alasan ini.
Nah, kebetulan saya mengawas SBMPTN di STMIK Raharja, Kota Tangerang, sebagai Penanggungjawab lokasi. Saya sendiri tak terlalu mengenal kampus ini, walaupun lokasinya di pusat kota.
Namun saya kaget, ternyata 3 prodi di STMIK Raharja terakreditasi A. Mereka bahkan menerapkan ISO dalam tata kelola kampus. Obrol-obrol saya juga mendapatkan informasi bahwa Kaprodi mendapatkan pendapatan cukup besar untuk ukuran kampus di Banten.
Saya lantas ingat diskusi tahun lalu ketika mengawas di UMT dengan rektor UMT. Pak Rektor menyampaikan bahwa anggaran akreditasi untuk setiap Prodi mencapai 50 juta rupiah.
***
Hmm jadi mikir juga ya. Sekarang saya meniatkan merancang ini dan itu dengan anggaran amat minim. Menargetkan diri untuk mencapai akreditasi A, nyaris tanpa anggaran akreditasi. Duh.
Saya pikir kampus saya harus belajar. Jika kampus besar menargetkan A itu sudah biasa. Namun kampus yang tidak terlalu besar bisa mendapatkan akreditasi A untuk beberapa Prodi, itu hasil kerja keras dan tentu kebijakan anggaran yang berpihak.
Saya percaya, mediocre is not about position, it is mentality.
Fokus saya ke “temen ngopi”.
Ikut ngopi juga dong bah hehhehhee.