Dari sekian banyak kisah kepemimpinan, ada dua kisah yang sampai sekarang menjadi pedoman saya.

***

1

Kisah pertama adalah kisah Rasulullah Muhammad dan Pengemis Buta Yahudi.

Sebagai pemimpin, Rasulullah tentu bisa saja memaksa siapapun di Madinah untuk memeluk Islam. Namun itu tidak dilakukannya.

Pembuktiannya sederhana. Ada seorang pengemis Yahudi yang mengemis di tepi jalan yang setiap hari dilalui Rasulullah. Dan setiap hari Rasulullah melewati tempat itu, Beliau menyuapi pengemis buta tersebut. Si pengemis, pembenci Rasulullah tidak tahu yang menyuapinya adalah Rasulullah. Ia seringkali mengungkapkan kebenciannya kepada Rasulullah dalam bentuk makian.

Sampai suatu hari, tidak ada lagi yang menyuapinya.

Tetiba ada yang datang menyuapinya, dan si pengemis sadar bahwa yang menyuapinya bukanlah orang yang biasanya. Ia adalah Abu Bakar yang hendak mengamalkan kebiasaan-kebiasaan Rasulullah.

Ketika pengemis buta tersebut complain bahwa ia bukanlah orang yang biasa menyuapinya, Abu Bakar menangis, menyampaikan bahwa yang biasa menyuapi si pengemis adalah Rasulullah yang baru saja meninggal.

Si pengemis buta menangis dan spontan mengucapkan syahadat. Ia tak sadar selama ini menerima kebaikan dari orang yang dibencinya.

***

Dari kisah ini jelas bahwa kepemimpinan dan seruan kepada Islam memang ditegakkan Rasulullah dengan akhlak, bukan dengan paksaan, kekerasan, apalagi bersikap nyinyir.

Kepemimpinannya adalah kepemimpinan dengan kasih sayang, kepemimpinan berkelas.

 

***

2

Kisah kedua adalah kisah Khalid bin Walid.

Ia adalah musuh terbesar Ummat islam sebelum akhirnya bergabung dengan Rasululllah.

Khalid pertama menjadi Komandan pasukan muslim ketika tiga komandan lain yang ditunjuk Rasulullah gugur dalam Perang Mu’tah: Zaid bin Haritsah, Ja`far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Setelah tiga sahabat tersebut gugur, Rasulullah mempersilahkan pasukan untuk memilih pemimpinnya. Khalid terpilih dan berhasil menyelamatkan pasukan muslim dari kehancuran, maklum 3 ribu pasukan muslim musti berhadapan dengan 200 ribu pasukan Romawi.

Masa-masa setelah itu adalah kegemilangan Khalid sebagai Jenderal pasukan muslimin di berbagai medan tempur. Tak terkalahkan, keren pokoknya Gan.

Namun yang menarik adalah akhir kariernya.

Khalid dicopot oleh Khalifah Umar bin Khatab justru di puncak kejayaannya sebagai Panglima. Di tengah puja-puji keberhasilannya sebagai Syaifullah, Pedang Allah.

Marahkah Khalid? Tidak

Ia tidak mengalami post power syndrom, apalagi menyiapkan kudeta. he he. Biasa aja. Ia tetap berperang sebagai prajurit biasa.

Walaupun tentu saja, yang menyedihkan bagi Khalid adalah kematiannya, tidak di medan perang, tapi di atas tempat tidur.

***

begitu gan…

 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.