Review Kafe #1 Tanamera GS
Saya memutuskan untuk membuat review kafe di tempat-tempat di mana saya ngopi. Hal ini dirangsang oleh pengalaman ngopi beberapa waktu ini yang berkesan, baik kesan baik maupun buruk. Kebetulan saya […]
Catatan harian seorang Abah
Saya memutuskan untuk membuat review kafe di tempat-tempat di mana saya ngopi. Hal ini dirangsang oleh pengalaman ngopi beberapa waktu ini yang berkesan, baik kesan baik maupun buruk. Kebetulan saya […]
Saya memutuskan untuk membuat review kafe di tempat-tempat di mana saya ngopi. Hal ini dirangsang oleh pengalaman ngopi beberapa waktu ini yang berkesan, baik kesan baik maupun buruk. Kebetulan saya tinggal di kawasan yang memamg banyak kafe. Saya juga termasuk orang yang suka bekerja di kafe, mencari mood, inspirasi dan kenyamanan.
Review ini subyektif saya sebagai penikmat kopi yang hanya tahu dua rasa: enak dan tidak enak. Dan karena ini review kafe, bukan review kopi, maka saya membuat beberapa indikator yaitu: 1. Rasa kopi, 2. Harga kopi dan makanan, 3. Suasana kafe, 4. Colokan listrik, 5. Internet, komentar lain tentu seputar pelayanan, diskon, dan sebagainya.
Baiklah kita mulai dengan
Tanamera Coffee Gading Serpong
Saya awalnya hendak ke kafe lain siang ini. Maklum, pagi ini bangun dengan kepala pening. Jelas butuh kopi enak. Ditambah ada beberapa proposal tesis yang harus saya periksa dengan cermat, gak enak sudah lama menunggu disentuh.
Tetiba ketika memgecek email, ada tawaran dari Tanamera, bisa ngopi satu cangkir gratis satu lagi. Menarik πππ
Tentu tidak bijak melewatkan diskon semacam ini, apalagi tanamera sedang ultah, tidak sopan menolak undangan orang ulang tahun.
Hmm sebagai tempat kerja Tanamera GS cukup nyaman. Ada beberapa meja panjang dan bisa menghadap ke Scientia Park yang hijau-hijau. Jadi bisa melepas lelah mata yang menatap monitor. Colokan listrik juga cukup banyak dan rapi di lantai, jadi untuk road warrior semacam saya yang bekerja berjam-jam di laptop ya amat membantu.
Sayangnya, entah kenapa dari dulu problem di Tanamera GS adalah koneksi internet yang tidak stabil. Saya selalu gagal terkoneksi, baik dengan wifi Tanamera maupun SDC. Untuk mereka yang ke kafe untuk bekerja, ini problem serius.
Alhasil selama beberapa jam kerja, saya tethering dengan henpon sendiri. Bete
Nah ketika memesan kopi, saya mesti menjelaskan dulu program promo yg mereka emailkan. Duh, ternyata program promo ini tidak tersosialisasi dengan baik. Kesannya gw minta gratisan, padahal emang bener π
Harusnya sih, mereka yg memberitahu ada promo ini dan itu kepada customer, sebagai kewajiban mereka dan hak saya.
Akhirnya sih tetep dapet promonya. Saya minum americano (35K IDR) dan dapet gratis cappucino. Tentu setelah memenuhi syarat dan ketentuan posting dan mention di instagram.
Nah soal rasa Tanamera mah juara. Ia bahkan punya roasting sendiri yang bisa kita lihat dari tempat ngopi. Hal ini sebanding dengan harga yang berada di atas rata-rata kafe lokal lain, namun tidak jauh berbeda dengan kafe internasional semacam putri duyung.
Yang terasa mihil memang makanan. Karena sedang kadung kerja, maka saya pesan nasi goreng yang harganya lebih dari dua kali lipat harga americano. Rasanya: biasa. Mungkin ada baiknya pas lapar melipir dulu ke sol**ia di sebelah yang nasi gorengnya lebih enak dan murah.
Oh ya, Tanamera ini lokasinya ideal juga kalau lagi ngajak anak maen ke Scientia Park. Anak-anak bisa lari-larian atau panjat tebing di Scientia Park. Bapaknya bisa buka laptop atau baca koran (tersedia kompas, jakpos dan majalah2 komunitas) sambil minum kopi, seperti Bapak Budi.
Mantul abah riviunya. Justru subjektif itu perlu apalagi dari seorang penikmat kopi sejati gini. Banyakin riviu tempat ngopi enaknya. Biar pembaca bisa menikmati tanpa terjebak (waah emang abah umpan) π
saya setiap mampir warkop atau kafe selalu memasukan poin “introvert-friendly”.
pertanyaan saya, pak, apakah kafe ini “introvert-friendly”? π
Ya, bisa duduk juga sendirian sambil membaca atau ngelamun menatap jendela. Walaupun kursinya kurai kayu tinggi dan gak bisa senderan.