Tips Ngopi Untuk Millennial
Sri Mulyani pernah mengkhawatirkan bahwa generasi millennial kebanyakan ngopi di kafe. Tentu bukan khawatir kalau-kalau paru-parunya jadi item, he he. Tapi pada konsumsi berlebih yang bisa menjebol kantong, bikin gak […]
Catatan harian seorang Abah
Sri Mulyani pernah mengkhawatirkan bahwa generasi millennial kebanyakan ngopi di kafe. Tentu bukan khawatir kalau-kalau paru-parunya jadi item, he he. Tapi pada konsumsi berlebih yang bisa menjebol kantong, bikin gak […]
Sri Mulyani pernah mengkhawatirkan bahwa generasi millennial kebanyakan ngopi di kafe. Tentu bukan khawatir kalau-kalau paru-parunya jadi item, he he. Tapi pada konsumsi berlebih yang bisa menjebol kantong, bikin gak bisa nabung atau investasi.
Saya sebagai millennial sulung yang doyan ngopi sempat tercenung juga. Jangan-jangan kita kebanyakan ngopi dan gak bisa nabung atau investasi.
Hmm, walaupun dipikir-pikir mungkin juga karena gaji dosen juga gak gede, he he. Tapi tentu penting menghindari status biar tekor asal kesohor (di medsos).
Karena itulah tips ini saya buat, ehemmmm.
1.Ngopi itu harus hobby, bukan karena panjat sosial. Kalau gak suka ngopi jangan ngopi, mending ngelakuin hobby yang lain: nginang, masak, naik gunung, hidroponik atau yang lainnya.
2. Ngopi di rumah itu oke lho. Sebisa mungkin mempelajari kopi yang enak untuk dibuat sendiri. Banyak bertebaran di internet. Metode ngopi bisa ditubruk, pake v60, pake mesin kopi, french kiss press, dll. Nah biji kopi udah banyak yang jual, bahkan ada kopi rasa wine, cokelat, dsb. Saya biasa belanja di pasar modern BSD. Beli beragam biji dengan kuantitas sedikit. Dengan buat sendiri kita bisa berekspresi. Mesin buat giling kopi juga gak mahal lho.
3. Kalau nongkrong, upayakan di kafe lokal. Eksplor banyak kafe di sekitar anda, cari yang enak dan terjangkau. Ada? Pasti ada. Kafe lokal juga belum tentu enak dan harganya masuk akal. Tapi saya gak pernah menyesal sih, saya selalu menganggap ketika ngafe dan dapet zonk, ini pelajaran. gak akan ke sana dan cari tempat lain. Selama ini sih lebih banyak yang enak daripada yang zonk. Karena saya ngafe buat kerja, maka ada tiga pilar penting: kopinya enak, tempatnya enak, dan wifinya kenceng.
4. Kalau kafe berjaringan internasional ya boleh-boleh saja sih. Hanya mesti rasional. Nongkrong di kafe mahal seperti kafe putri duyung gak bikin anda lebih keren kok. Saya nongkrong di kafe apapun biasanya berdasarkan rasionalitas. Pertama, kalau ada kebutuhan menulis segera ketika kepala sedang cerah saya akan ke kafe. kalau di sana ada kafe lokal ya tentu ke sana, kalau adanya kafe putri duyung mau bagaimana lagi. Begitu juga ketika berjanji ketemu dengan seseorang membicarakan hal penting. Kalau nongkie-nongkie lala-lala doang mah, nyaris gak pernah.
5. Rasionalitas lain tentu memanfaatkan diskon. Nasib membuat saya memiliki beberapa kartu kredit. Ndilalah itu berguna buat ngopi di tempat mihil. Kartu BCA krisflyer bisa saya pake ngopi gratis (Sebenernya Rp. 1,-) di kafe putri duyung Bandara dengan menunjukkan boarding pass. Nah kartu Mega selain saya pakai belanja di transmart carrefour karena diskon 10% saya pakai untuk ngopi, khususnya menjamu teman di Kafe Biji Kopi dan daun teh yang satu grup sama mereka. Lumayan, untuk harga tertentu diskonnya 50%.
6. Upayakan ketika di kafe kita menghasilkan sesuatu yang nilainya lebih dari harga kopinya. Buat saya kafe adalah ruang kerja yang saya sewa seharga kopi. Murah kan? Dari duduk di kafe ada paper yang beres, ide yang dituliskan, kerjasama tertentu, dan sebagainya. Produktif secara santai, termasuk tulisan di blog ini.
Begitu deh tipsnya. Ada yang mau menambahkan?
Catatan: tulisan ini tidak disponsori cafe manapun. Tapi kalau ada yang mau mengundang untuk direview, mangga saja. pembaca blog ini sekitar 700-1000 perhari.
Millenial sulung itu istilahnya 👍😅