Dateng ya, hari sabtu 28 Agustus 2010 pk. 15.30 di Rumah Dunia akan diadakan bedah buku Membaca Banten, Membaca Indonesia. Pengarangnya empat saudara kandung yang memiliki latar belakang keilmuan dan profesi yang berbeda. Malik, jurnalis senior di Banten yang belakangan mengajar ilmu komunikasi. Zaenal Muttaqien, lulusan negeri lima menara, masuk dunia birokrasi dan lulus dari Belanda. Hamid, aktivis yang gagal di dunia politik praktis dan memilih jadi dosen ilmu politik. Rahmat, Profesional CSR yang rajin menulis di blognya.

Kesamaan mereka: sama-sama anak H.E. Sukasri dan dididik dengan keras, pernah mencicipi dunia pesantren (tentu dengan bobot berbeda-beda), aktivis di dunianya masing-masing, dan suka menulis.

Buku ini berisi tulisan-tulisan mereka yang berserakan di media lokal dan nasional, blog dan hardisk komputer. Mereka mencoba merespon dan memberikan analisis terhadap berbagai persoalan sosial, politik dan pendidikan di sekitar mereka.

Berikut beberapa testimoni yang disampaikan oleh sahabat-sahabat penulis:

Wawasan penulis sangat luas dalam bidangnya bahkan di beberapa bagian, penulis juga menunjukkan kecendekiawanannya di bidang lain, pemasaran misalnya. Dari perilaku/tabiat yang dimunculkan ketika saya berkomunikasi dengan penulis, maka saya menyimpulkan bahwa mereka termasuk ilmuwan katagori ke 4 yakni ilmuwan yang bersikap objective dan berani bersuara keras terhadap berbagai fenomena yang dianggap salah.

Dr. Daenulhay, Mantan Direktur PT. Krakatau Steel Tokoh Masyarakat Banten

Saya menyambut gembara atas pemikiran dan gagasan empat bersaudara ini yang terkumpul dalam Catatan Tentang Banten dan Indonesia: Esai-esai dari Pandeglang. Pemikiran dan gagasan mereka tampak begitu mengenas dan tajam tentang kondisi yang  ada, baik atas kondisi Banten khususnya maupun kondisi Indonesia umumnya.

Dr. Lili Romli (Pusat Penelitian Politik LIPI)

Sungguh unik dan menarik. Unik karena jarang sekali atau mungkin satu-satunya Keluarga di Banten , dimana  empat bersaudara kandung sama-sama cendekiawan dan sama-sama memiliki kegemaran menulis. Menarik karena keempat bersaudara tersebut berprofesi berbeda satu dengan lainnya; ada yang Akademisi,Birokrat dll. Keempat bersaudara tersebut memiliki idealisme yang positif bagaimana membangun Banten kedepan. Saya mengenal tiga dari empat bersaudra tsb., mengenal dua dantaranya dengan lebih baik. Yang menarik lagi merka kompak, dan terlihat rukun. Sungguh keluarga yang berbahagia , berhasil membesarkan dan mendidik putra-putranya dengan sangat baik. Suatu sumbangan besar  bagi SDM Banten !

Muchtar Mandala, (Tokoh Masyarakat Banten)

Para penulis  adalah anak-anak muda satu generasi  dengan saya, yang memiliki kepekaan dan kepedulian memotret masalah-masalah sosial kemasyarakatan, baik politik, sosial,pendidikan maupun budaya,  yang terjadi dan terasa disekitar kita. Mereka   mampu mengartikulasikan dalam bentuk tulisan/essay dengan bahasa sederhana dan sistematis namun terasa ringan, lugas dan enak dibaca sebagai cermin dari kejujuran dan idealismenya, memiliki idealisme dan kapabilitas intelektual memadai  dan memiliki tanggung jawab moral sebagai santri (alumni pondok pesantren).

Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada mereka, karena saat ini belum banyak generasi muda yang mampu meluangkan waktu dan mendokumetasikan pengalaman, pengamatan dan gagasan untuk merespon pemasalahan yang terjadi dan dialami masyarakat di sekitar kita, dalam bentuk kumpulan tulisan yang bermakna dan akan berpotensi menjadi catatan sejarah penting di masa datang. Insya Allah karya mereka ini bermanfaat bagi masyarakat, dan menjadi amal jariyah yang akan terus mengalir abadi pahalanya, karena ketulusan mereka menuliskan karyanya dan menerbitkan dalam bentuk buku ini, amiin….
H. Fatah Sulaiman, (Sekjen Forum Silaturrahim Pondok Pesantren Provinsi Banten)

“Mengesankan. Tiga tema, politik, sosial, dan pendidikan, dibahas dengan ulasan jernih dan obyektif. Cara penulis memandang suatu fenomena di masyarakat patut dihargai sebagai usaha penguatan peradaban sipil. Keluarga ini layak menjadi rujukan bagi usaha menumbuhkembangkan budaya literasi di Banten.”

Fierly, MM, (Redaktur Pelaksana Banten Raya Post)

“Buku ini sangat tepat dibaca oleh para pemuda khususnya mahasiswa wong Banten, karena tutur kata bahasa dalam buku ini penuh dengan gaya kebantenan. Insya Allah bila mhs wong Banten sudah membaca buku ini akan menjadi JAWARA pulpen bukan JAWARA golok. Dan buku ini saya ibaratkan sbg SARAPAN PAGI, Artinya sbg penggerak energi awal dan memotivasi utk menjadi pemuda yg BERTANGGUNG JAWAB dan siap memmpin Banten lebih BAIK…. Amin”.

Drs Hamdan MM, (Rektor Unsera)

“Buku ini harus dibaca oleh segenap kalangan yang terlibat dalam pembangunan Banten sebagai cerminan bahwa proses pembangunan Banten khususnya Pandeglang selama ini belum mampu menjawab kerinduan masyarakat akan baldatun thoyibatun warabbun ghofur.

Drs. H. Aah Wahid Maulany, MPd (Kepala Bappeda Kab. Pandeglang, Ketua Dewan Tanfidz NU Kab. Pandeglang)

1 Komentar »

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.