Secara umum, kita semua harus bersyukur bahwa label sebagai daerah jawara, dimana kekerasan fisik menjadi alat utama sebagai cara mendapat kekuasaan politik sudah amat berkurang di Banten. Bagaimanapun di era awal Banten terbentuk sebagai provinsi, label ini amat melekat dan menimbulkan ketidaknyamanan. Demonstrasi mahasiswa yang dihadapi massa bersenjata atau wartawan dikalungi golok, adalah fenomena biasa di masa itu.
Namun bukan berarti lantas politik adiluhung sudah mendapatkan posisi dalam belantara politik di banten. Arah politik lokal banten justru mengarah kepada pembentukan dominasi politik di bawah klan politik (baca: dinasti atau keluarga) tertentu.
Mengapa hal tersebut terjadi? Tulisan ini memberikan catatan dan proyeksi seputar pembentukan klan politik dan proyeksi seputar pemilihan Gubernur yang akan datang.
Klan Politik : Gurita Ciomas
Collins menjelaskan bahwa “The clan is thus an informal organization built on an extensive network of kin and fictive, or perceived and imagined, kinship relations”. Terdapat dua ciri yang menandai klan, pertama kekerabatan sebagai fondasi dasar; kedua, jaringan sebagai prinsip pengorganisasian unit-unit dalam klan (Collin. 2006: 35).
Ada beberapa alasan kenapa kecenderungan politik lokal di Banten mengarah kepada pembentukan klan politik. Pertama, terdapat kecenderungan Provinsi (baca: gubernur) kesulitan “mengendalikan” pemerintah kabupaten/kota di luar jejaring keluarganya. Hal ini tercermin dalam Rapat Paripurna Istimewa Hari Ulang Tahun Ke-9 Provinsi Banten tahun lalu, 4 Oktober 2009. Hanya Bupati Serang Taufik Nuriman, Penjabat Wali Kota Tangerang Selatan M Shaleh, dan Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah yang hadir. Adapun kepala daerah lain, memilih tidak hadir. Dalam even yang lain-pun terdapat kesan bahwa bupati/walikota enggan duduk bersama dengan Gubernur. (Radar Banten16/01/2009)
Selain itu persoalan fresh money yang mengemuka setiap tahun dan berbagai proyek provinsi di “wilayah” kabupaten/kota yang bermasalah juga menjadi salah satu penyebab munculnya disharmoni antara Gubernur dengan Bupati/walikota non keluarga. Menempatkan keluarga di posisi bupati/walilkota adalah cara terbaik yang dipilih gubernur untuk membangun kendali Gubernur terhadap Bupati/walikota di Banten.
Kedua, membangun klan politik adalah cara paling aman membangun benteng dari persoalan hukum setelah jabatan selesai dan menjamin kebijakan dilanjutkan. Jika jabatan politik dilanjutkan oleh orang yang tak sejalan, maka bisa amat berbahaya.
Ketiga, maju-nya klan politik gubernur di berbagai pemilukada kabupaten/kota adalah strategi untuk membangun kekuatan politik jelang pemilukada gubernur. Maka kita melihat satu persatu kabupaten/kota dipimpin oleh keluarga gubernur. Khaerul Jaman menjadi wakil walikota Serang, Tatu Chasanah menjadi Wakil Bupati Serang dan menyusul Airin yang maju sebagai Walikota Tangerang Selatan dan Heryani, ibu tiri Gubernur sebagai calon Wakil Bupati Pandeglang.
Selain dalam pilkada, ajang pemilu legislatif 2009 juga menjadi sarana menempatkan keluarga dalam kekuasaan politik. Suami Atut, Hikmat Tomet, menjadi anggota DPR dari Partai Golkar. Andika Hazrumy, anak sulungnya, terpilih sebagai calon anggota DPD. Istri Andika, menantu Atut, Ade Rossi Chaerunnisa terpilih sebagai anggota DPRD Kota Serang. Tatu Chasanah terpilih sebagai anggota DPRD Banten dari daerah pemilihan Pandeglang dan kemudian terpilih sebagai Wakil Bupati Serang. Adik ipar Atut, Aden Abdul Khaliq, juga terpilih menjadi anggota DPRD Banten. Dua ibu tiri Atut, Ratna Komalasari dan Heryani, terpilih sebagai anggota legislatif. Ratna menjadi anggota DPRD Kota Serang dan Heryani Chasan menjadi anggota DPRD Pandeglang. Tak heran jika ada julukan gurita ciomas untuk jejaring keluarga yang amat kuat dan luas tersebut.
Selain melalui jabatan resmi, kekuatan grassroot melalui Relawan Banten Bersatu yang langsung dikoordinasikan keluarga gubernur juga merupakan mesin politik yang teruji di berbagai event pemilukada dan lebih efektif daripada partai politik.
Tapi tentu saja, klan politik tak hanya dibangun di level provinsi. Di beberapa kabupaten/kota hal tersebut juga dilakukan. Cilegon adalah contoh terbaik dimana kekuasaan diwariskan dari ayah ke anak walaupun tetap melalui instrumen pemilukada. Di Pandeglang, pertarungan terjadi antara klan Dimyati Natakusumah melalui istrinya Irna versus klan Atut Chosiyah melalui ibu tirinya, Heryani.
Hal yang sama nyaris terjadi di Tangerang Selatan ketika Suwandi, adik Wahidin halim hampir berhadapan dengan Airin, aik ipar Atut Chosiyah. Anak kandung Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya, yakni Iti Oktavia, terpilih menjadi anggota DPR dari Partai Demokrat. Adik Bupati Lebak, Mulyanah, terpilih menjadi anggota DPRD Lebak. Suaminya, Agus R Wisas, menjadi anggota DPRD Banten. Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen, anak kandung Bupati Tangerang Ismet Iskandar, pun lolos ke Senayan. (Kompas, 28/1/2010)
Prediksi
Lantas apa yang terjadi dalam pemilukada Gubernur Banten nanti?
Tangerang selatan adalah cermin terbaik untuk melihat bagaimana pertarungan politik yang akan terjadi dalam pemilihan Gubernur. Di Tangerang Selatan, (bakal) calon terkuat sesungguhnya ada dua kubu. Kubu pertama diwakili Airin Rachmi Diany. Tentu saja ia adalah calon yang amat kuat. Airin adalah istri Chaeri Wardana, yang pengaruhnya konon melebihi kakaknya sendiri, Gubernur Banten Atut Chosiyah.
Airin mempersiapkan diri untuk menjadi walikota Tangerang Selatan dengan amat baik, sabar dan lama. Airin bertransformasi from zero to hero dengan kekuatan kapital yang amat besar (harta mencapai 111 miliar rupiah) dan strategi komunikasi politik yang canggih. Lawan terbesar Airin sesungguhnya Suwandi, adik walikota Tangerang Wahidin Halim. Suwandi peluangnya membesar ketika menggandeng Marrisa Haque, artis dan musuh besar Atut Chosiyah dalam pemilihan Gubernur tahun 2006 silam.
Pada akhirnya, Airin melaju dengan dukungan delapan partai politik dan Suwandi gagal mendapatkan dukungan partai manapun. Injury time membuat Suwandi juga tak memiliki waktu menggalang dukungan sebagai calon independen.
Menurut banyak kalangan, pertarungan sengit dalam pemilukada nanti akan terjadi antara Incumbent, Atut Chosiyah dan Wahidin Halim, Walikota Tangerang. Atut jelas memiliki kans amat besar karena menguasai jejaring birokrasi, memiliki cengkraman keluarga di beberapa kabupaten/ kota dan memiliki hubungan amat baik dengan hampir semua partai politik di level Provinsi. PKS yang dahulu memosisikan diri sebagai oposisi nampaknya juga telah menjadi bagian dari jejaring kekuasaan Atut.
Wahidin Halim adalah Walikota yang mendapatkan dukungan signifikan di Pemilukada KotaTangerang dengan suara 88,22% dari total pemilih. Selain itu Wahidin adalah adik dari Hasan Wirajuda, mantan menteri Luar Negeri RI, sehingga dianggap memiliki akses ke pemerintah pusat. Wahidin akan amat kuat jika berpasangan dengan Mulyadi Jayabaya, Bupati Lebak.
Saya membayangkan, apa yang terjadi di Tangerang Selatan akan terproyeksikan ke Pemilukada Provinsi Banten. Incumbent akan memborong (istilah ini tepat karena instrumen mendapatkan kendaraan pendukung utamanya adalah uang) partai politik, memaksimalkan jejaring yang dimiliki, terutama jejaring keluarga dan berusaha keras agar pesaing potensial tak bisa melaju ke proses pemilihan, atau memecah perkawinan politik Wahidin – Jayabaya.
Belajar dari pengalaman adiknya, Wahidin Halim harus mempersiapkan dukungan sebagai calon independen jika tak ingin pencalonannya kandas sebelum pertarungan sesungguhnya dimulai.
Bagaimana yang lain? Edi Baskoro Yudhoyono nampaknya tak akan mengecilkan diri dengan bermain di level Provinsi. Mulyadi Jayabaya atau Aat Syafaat kansnya tak sekuat Atut dan Wahidin Halim. Kejutan justru bisa muncul jika artis cum politisi seperti Rano Karno atau Dedi “Miing” Gumelar ikut maju sebagai calon.
Penutup
Tentu saja ini prediksi jika pemilihan Gubernur dilaksanakan langsung. Pemerintah pusat didukung para gubernur dan juga asosiasi DPRD Provinsi sedang menggulirkan pemilihan Gubernur oleh DPRD. Bagaimana jika itu terjadi? Dari sekarang kita harus mengucapkan selamat kepada incumbent karena pasti terpilih dengan memuaskan. Wallahua’lam bissawab.
http://www.chronoengine.com/users-stories/351.html
sya saluuut sama bapak……