Padahal nggak gatel, tapi saya kena garuk.

Bukan saya yang digaruk sih, tapi sepeda kenangan yang sudah menemani hampir delapan bulan. Tak hanya punya saya, punya istri juga kena garuk.

Ceritanya sekitar jam 1 siang, seusai istri kursus bahasa Jepun, kami duduk sambil ngopi di pinggir sungai Kamo. Nah darisana kami berangkat menemui kawan dari Indonesia di Ginkakuji. Sepeda kami parkirkan dan kunci di sebelah toko bunga, disana ada tiang besi melintang yang “kelihatannya”memang buat parkir dan mengunci sepeda. Lagian sudah puluhan kali kami memarkir sepeda disana, jadi meninggalkan sepeda disana aman sekali.

Berangatlah kami ke Ginkakuji memnggunakan bus dengan kartu day-pass, makan siang di Ginkakuji dan lanjut ke Kiyomizudera. Jam empat kami pamit karena anak-anak sudah harus dijemput di sekolah Ilham.

Nah pulang santai, bahkan sempat beli chizu-Nan di Namaste Taj Mahal, dibungkus segala kesukaan Ayal dan Ilham. Aku bahkan sempat cerita bahwa sepedaku diledek sepeda lain. ceritanya (beuh cerita dalam cerita) ketika beberaa hari lalu parkir di kampus, sepedaku yang ditempeli stiker hummer bikinan sendiri, tiba-tiba ditemani sepeda kekar warna hijau tosca yang kayaknya merek hummer beneran, gagah perkasa. Konon sepedaku yang kecil dan mungil serta sedikit karatan yang dibeli di toko barang bekas merasa minder, ha ha.

Nah, begitu sampai di tempat kami memarkir sepeda, tak ada sepeda kami disana. Sepedaku dan sepeda istriku bersama boncengan Ilham dan helm-nya. Yang tersisa adalah stiker yang kata Jafar (setelah berkonsultasi via email) artinya “Sepeda anda kami sita”, “dilarang parkir sembarangan, hentikan!”

Image

ImageHmm gimana gitu perasaan kami, sedih rasanya. Di telepon saya bilang juga maaf ke Jafar karena salah satu sepeda adalah pemberian dia begitu saya sampai ke Jepun.

Saya sedih tapi juga gak marah. Karena yakin memang melanggar, dan si petugas yang garuk sepeda kami memang hanya menjalankan tugas.

Tapi istri mau coba mengupayakan mencari tahu, dimana sepeda kami dibuang, jadi bisa diambil kembali. Hanya karena sepeda yang dia pakai sepertinya tak bisa kembali, soalnya tak ada surat-suratnya, kami membeli sepeda baru, bersama boncengan buat Ilham.

Image

Tinggalkan Balasan