Sepeda (Se) Keluarga
Dulu di blog ini aku pernah cerita kalau sepeda-ku digaruk waktu diparkir di delta sungai kamo. Tapi kini alhamdulillah sudah ada gantinya. Sesudah beli ganti yang hilang, dapat tambahan dua […]
Catatan harian seorang Abah
Dulu di blog ini aku pernah cerita kalau sepeda-ku digaruk waktu diparkir di delta sungai kamo. Tapi kini alhamdulillah sudah ada gantinya. Sesudah beli ganti yang hilang, dapat tambahan dua […]
Dulu di blog ini aku pernah cerita kalau sepeda-ku digaruk waktu diparkir di delta sungai kamo.
Tapi kini alhamdulillah sudah ada gantinya. Sesudah beli ganti yang hilang, dapat tambahan dua lagi, gratis walaupun kondisinya kurang begitu baik. Ilham juga sekarang punya sepeda sendiri.
Nah, karena Ilham belum begitu lancar teteup harus dibonceng. Jadi kalau pergi hanya di dalam kota, kami sekeluarga menggunakan sepeda. Aku di depan sebagai vooridjer, Ayu di tengah dan Ibun membonceng Ilham di bagian belakang. Kadang-kadang susunannya dibolak-balik, tetapi Ayu tetap di tengah.
Trotoar di Kyoto cukup lebar, di jalan besar trotoarnya terbagi dua, ada untuk pejalan kaki dan ada lajur sepeda. Jadinya aman, apalagi rasanya gak pernah melihat motor nyelonong ke trotoar.
Kadangkala karena terlalu mengantuk, Ilham tertidur di boncengan. Untunglah pake sabuk pengaman, jadinya aman. Dus, boncengannya juga didesain khusus lho, a la Jepun.