Target peserta sertifikasi dosen tahun 2013 adalah 18.000 dosen. (Buku 1 Naskah Akademik Sertifikasi pendidik untuk Dosen (Serdos) Terintegrasi 2013, hal. 11)

Serdos tahun 2013 menggunakan test TOEP (test semacam TOEFL)  dan test PA HIMPSI (semacam TPA)  sebagai salah dua persyaratan. Kedua tes yang dilakukan secara online ini saya anggap tak ada gunanya, karena mestinya ketika penerimaan menjadi dosen dan test masuk program pasca sarjana, dosen-dosen sudah pasti mengikuti test semacam ini.

Dosen memang tidak membayar biaya tersebut, namun Dikti membayar Rp. 500.000 untuk setiap dosen.  (Buku Prosedur Baku TOEP, Test Kemahiran Berbahasa Inggris 2013 hal. 49 dan Buku Prosedur Operasi Standar Uji Potensi Akademik hal.15-16).

Tahun 2013 dari kuota sertifikasi 15.000 dosen yang lolos hanya 9.000 orang saja, kata Supriadi Rustad. Artinya uang beredar untuk kedua tes ini saja di tahun 2013 sebesar Rp. 500.000,-X15.000 = Rp. 7.500.000.000,- alias tujuh setengah miliar rupiah.

Siapa yang menikmati uang-uang tersebut ya?

Oh ya, tahun depan lebih besar lagi duit beredar.

Untuk tahun 2014 ini, Kemendikbud memiliki nominasi nama dosen sebanyak 26.000 orang untuk disertifikasi. Proses pendaftaran sertifikasi dosen ini tidak sulit. Layaknya seperti daftar haji yang nomor urutnya ditetapkan secara nasional. Namun dari jumlah tersebut, Supriadi memperkirakan, hanya sekitar 10.000 dosen yang lolos sertifikasi berdasarkan persyaratan yang harus dipenuhi. (http://nasional.sindonews.com/read/2014/02/04/15/832847/kuota-sertifikasi-dosen-tak-tercapai)

6 Comments »

  1. tahun 2014 dosen harus bayar 500.000 rp, untuk test Toef dan TPA, kemana ya uangnya, sudah belum tentu lulus, jadi sapi perahan lagi, jadi obyek untuk hasilkan uang oknum tertentu

Tinggalkan Balasan