Ada berapa “teman” anda di facebook? Ya, saya menuliskan “teman”, karena tidak semua “teman” di facebook adalah teman di dunia nyata. Facebook memang sebuah keajaiban, kita kembali tersambung dengan banyak […]
Ada berapa “teman” anda di facebook?
Ya, saya menuliskan “teman”, karena tidak semua “teman” di facebook adalah teman di dunia nyata.
Facebook memang sebuah keajaiban, kita kembali tersambung dengan banyak sekali teman yang mungkin sudah puluhan tahun (gak mungkin ratusan kan? emang highlander) terpisah. Katakanlah teman-teman SD yang mukanya mungkin masih hafal, tapi namanya, duh udah hilang dari memory.
Facebook memberi kesempatan bersilaturahmi juga untuk sanak saudara yang tinggal di negara lain, antah berantah yang sulit bertemu muka. Dengan facebook juga banyak “teman” jadi teman bahkan sahabat akrab. Sebagai contoh, Mas Adman Nursal penulis buku Marketing Politik bahkan pernah berdiskusi akrab soal kopi di facebook dan mengirimkan kopi kerinci ke rumah saya, padahal ndak pernah ketemu di dunia nyata.
Bahkan ada banyak grup facebook yang guyub dan seakan-akan sudah seperti saudara walaupun sebenrnya gak pernah ketemu di dunia nyata. Beberapa gerakan protes atau koordinasi antar negara juga jadi lebih mudah dengan facebook. Termasuk saling berkeluh kesah sesama penerima beasiswa dikti ;).
Nah, lebih istimewa lagi facebook juga memberi kesempatan untuk mengetahui si mantan sedang apa dengan siapa dan anaknya ada berapa? He he
Ber-facebook mestinya menyenangkan. Ia harusnya menjadi aktivitas yang menggembirakan, mengisi waktu dan bermanfaat untuk memanjangkan tali silaturahmi. Kecuali contoh terakhir di atas, bisa merusak rumah tangga 🙂
Namun seperti pedang nagapuspa, ia juga bisa menjadi petaka di tangan pendekar berwatak jahat.
Ia bisa menjadi alat penyebar fitnah dan kebohongan paling dahsyat. Beberapa orang “teman” misalnya dengan sukarela dan bangga mengklik tombol share untuk semua judul berita (Biasanya beritanya nggak dibaca) yang memojokkan pihak tertentu yang dibencinya. Ya, facebook juga bisa jadi alat paling efektif penebar kebencian.
Bayangkan ada orang memberi vonis masuk neraka ke orang lain, menuduh PKI, mengata-ngatai orang lain dengan istilah “kecebong” karena berbeda pilihan saat pemilihan presiden, merisak (membully), mendoakan kejelekan, menuduh kafir atau menyebarkan gambar-gambar yang mengganggu (sadisme, pornografi, dll).
Bagaimana menghadapinya?
Saya sendiri punya beberapa pilihan.
Pertama, jika “teman” tadi adalah teman di dunia nyata, saya biasanya akan menasihati, misalnya “Bro, gambarnya hoax, ayo dicek lagi”. Atau “Please deh, lebih baik mendoakan kebaikan”, “Bro, percayalah bersikap nyinyir bukan cara yang baik dalam berdakwah” dan sebagainya.
Kadang berhasil, kadang jadi runyam.
Nah kalau sudah tak berhasil dan kemunculan segala sesuatu yang diproduksi “teman” yang merupakan teman di dunia nyata tersebut membuat ber-facebook menjadi tak menyenangkan, merusak mood, bikin emosi melulu (Celakanya emosinya di dunia nyata dan kena orang-orang terdekat), un-follow jadi pilihan terbaik.
Ada dua caranya, (1) Di wall kita, tempatkan kursor di nama “teman” akan muncul pilhan unfollow, klik saja; atau (2) klik namanya, masuk ke profil, akan muncul pilihan unfollow di samping unfriend, klik saja.
***
Nah, bagaimana jika “teman” nyebelin itu bukan teman di dunia nyata. Artinya hanya seseorang yang mengirim request pertemanan dan kita terima, atau juga sebaliknya. Sejujurnya, sewaktu awal-awal kemunculan facebook saya melakukan dua hal itu sebanyak-banyaknya. Kayaknya banyak “teman” banyak rejeki, he he.
Jadilah punya banyak “teman” yang tidak saya kenal di dunia nyata.
Nah beberapa waktu lalu saya lebih selektif, hanya yang kenal, manusia (karena banyak toko online punya akun fesbuk) dan namanya nggak aneh-aneh yang saya terima pertemanannya. Jadi kalau anda bukan manusia, atau manusia dengan nama aneh-aneh (misalnya adiluphenizza, iteunxsemox, penguasamalam, samuelcintakamuh atau bujangderita) ya ndak saya terima. Kalau ndak kenal dan mencurigakan, misalnya Kolonel Amerika di Afghanistan ya ndak saya terima. Tapi kalau saya rasa baik-baik saja, walapun ndak kenal saya terima juga. Apalagi ada konsekuensi permintaan pertemanan dari pembaca blog ini (Pembaca blog ini sekitar 1000 sehari dan ada satu dua orang yang meminta pertemanan di fesbuk setiap harinya).
Namun kebijakannya biasanya zero growth, saya terima yang baru sejumlah mengurangi yang aneh-aneh, he he.
Nah kalau “teman” bukan teman di dunia nyata ini melakukan hal di atas (Menyebarkan fitnah atau hoax, kebencian, pasang foto sadis atau pornografi, atau jualan online secara gak sopan) apa yang saya lakukan?
Saya secara tegas pilih unfriend.
Ya, jika sudah gak kenal saja bikin emosi dan nggak nyaman untuk apa diteruskan.
Sekaligus bersih-bersih.
Sekali lagi berfacebook mesti jadi akivitas menyenangkan, bukan sebaliknya.
Cara unfriend “teman”, klik profilnya, tempatkan kursor di friend, ada pilihan unfriend.
***
Bagi saya pribadi, Unfriend dan Unfollow adalah upaya mengurangi dosa yang bersangkutan. Ia yang seharusnya mendapatkan dosa dari melakukan hal-hal buruk tadi tidak bisa melakukannya di wall kita. Bayangkan jika 1000 orang melakukan unfriend (termasuk unfollow). Bukankah ini teguran dahsyat buat yang bersangkutan dan memaksanya melakukan introspeksi diri?
Nah kawan yang di-unfriend atau di-unfollow biasanya masih berusaha menakut-nakuti dengan kata-kata “jangan memutuskan silaturahim, dsb”.
Percayalah, bahwa tindakannyalah yang memutuskan silaturahim, bukan anda. Lagipula sebagai manusia di dunia nyata kita harus tetap berperilaku baik, memanusiakan manusia walupun kelakuan mereka di dunia maya begitu buruk. Justru melakukan unfriend atau unfollow adalah tindakan paling baik membuat anda terhindar dari kerusakan hubungan di dunia nyata karena perbuatannya di dunia maya.
***
Ini pilihan saya karena saya ingin bergembira di facebook, bisa saling menasihati dengan teman dan “teman”, dan menjaga silaturahmi di dunia nyata.
Jangan sampai saya unfollow dan unfriend ya 😉
***
Catatan: Gambar adalah ilustrasi, Dewicintacuitcuit entah siapa, tapi sudah jadi “teman” di facebook.