Satu minggu ini pasti menjadi minggu yang paling melelahkan bagi Pandu Wijaya. Anak muda potensial kelahiran 1991.

Kelelahan lahir batinnya akibat kelakuan sendiri: tak bijak menggunakan media sosial.

Awalnya, dengan sikap jumawa khas sebagian pengguna medsos, ia memposting cuitan di akun twitternya, mendebat pendapat Gus Mus, namun diakhiri kata-kata kasar:

screenshot-cuitan-gusmusgusmu-dan-panduwijaya__20161124_161820

Hal ini kemudian menimbulkan kemarahan di kalangan Nahdiyin, kata-kata endasmu yang ditujukan ke Kyai sebesar Gus Mus dianggap melecehkan.

Nah menanggapi reaksi, muncul lagi cuitan selanjutnya dari Pandu yang cilakanya bertendesi merendahkan mereka yang mengkiritik bahkan kepada Komisaris Utama PT. Adhi Karya, perusahaan tempatnya bekerja:

whatsapp-image-2016-11-26-at-5-18-26-am-3

Gelombang kemarahan meluas walaupun tak ada yang beraksi bikin video menangis ketika Ulama dilecehkan.

Yang menarik netizen kepo siapa Pandu Wijaya, muncullah screen shot beberapa aktivitas Pandu memfollow akun-akun yang rasanya kurang pantas, bertolak belakang dengan citra agamis yg dimunculkannya:

Perusahaan  tempat Pandu bereaksi terhadap masalah ini karena dianggap merugikan perusahaan, muncul permintaan maaf dari Fadjrul Rahman, Komisaris PT. Adhi Karya, diikuti SP3 dari perusahaan.

whatsapp-image-2016-11-26-at-5-18-26-am

whatsapp-image-2016-11-26-at-5-18-26-am-6

Akhirnya, Pandu dibawa ibunya ketemu Gus Mus seperti yang diberitakan detik.com. Alhamdulillah, dimaafkan oleh Gus Mus.

Aduh nak nak, udah gede kok pada akhirnya tetep ngerepotin Ibu kamu

screenshot-2016-11-26-05-20-12

Semoga jadi pelajaran buat kita ya dalam memposting sesuatu di media sosial.

Pikir sebelum posting, mencuit atau bahkan sekedar komentar.

 

1 Comment »

  1. Dan sudah banyak “pandu wijaya” yang lainnya.
    Entah mengapa sekarang orang gemar sekali mendebat, mencela dan bertengkar di medsos, huuuffttt *menarik nafas panjang.

    Semoga kita tetap tenang dan bijak dalam menggunakan akun medsos dan sejenisnya.

Tinggalkan Balasan