Saya suka ngopi, tepatnya suka menikmati kopi. Lebih tepatnya, suka ngopi di cafe yang oke. Kriteria oke memang patut diperdebatkan, tapi setidaknya ada dua hal yang mutlak. Pertama, kopinya harus enak dan panas. Kedua, tempatnya harus nyaman untuk membuka laptop. Dan berarti ada yang tambahan ketiga: wifi-nya harus kencang.

Ya entah kenapa, ide-ide segar mengalir deras di cafe.

Saya ingat, skripsi daya dulu diselesaikan di Cafe Buku Margonda, dekat Barel. Entah masih ada atau tidak tuh Cafe. Tesis saya selesaikan di F1 Cafe Cikini, saya ingat pesan makan sop buntut selain kopi. Dan disertasi saya selesaikan di berbagai cafe di Kyoto: Smart Coffee, Starbucks dekat sungai, inoda, kohikan, weekenders, dan yang paling sering Boogalo dan Papa John dengan subsidi dari Ono San. Setiap hari dan utamanya weekend saya menjelajahi cafe-cafe bersama Pak Ishaq, kawan setia ngopi saya.

2015-04-26 15.32.28

Saya pernah membuat serial tulisan soal cafe di Kyoto, bisa dibaca di sini.

***

Saya lama tak menulis soal kopi dan cafe. Kalau soal kopi jelas saya bukan tandingannya Tony Wahid. Walau bukan mualaf kopi, saya jelas juga bukan professional di bidang kopi. Dulu pengen kursus kopi di anomali atau ABCD, tapi belum kesampean. jadi saya akan menulis yang ringan-ringan saja, soal cafe-cafe yang saya singgahi di kawasan gading serpong, maklum, saya tinggal di gading serpong coret.

Oh ya, tulisan di blog ini saya buat sebelum menulis yang serius, menyelesaikan paper untuk sebuah konferensi internasional di Jogja dan sebuah aplikasi untuk short course di Leiden. Menulis yang ringan sebelum yang berat 🙂

***

Flow coffe adalah cafe yang paling saya datangi di kawasan gading serpong, dekat dengan jalan raya legok dan hotel lemo. Tempatnya dekat dari rumah dan suasananya nyaman untuk bekerja. Sepi dan lagunya bagus.

Ada dua lantai, yang atas ada ruang merokok. Karena itulah saya selalu ngopi di bawah.

WhatsApp Image 2017-06-14 at 20.25.28

Kopinya? Ada banyak pilihan, walaupun favorit saya hanya dua: Longblack dan Cappucino. Longblack pake gula sedikit, sementara cappucino selalu tanpa gula, karena sudah pake susu. Jika anda bukan penggemar kopi, Taro Latte-nya menurut istri saya istimewa.

Kopinya kuat, mas baristanya – Imam- juga ngerti kopi (ya iyalah), jadi bisa custom kopinya. Alat kopinya juga macem-macem, bisa dilihat di gambar.

WhatsApp Image 2017-06-14 at 20.41.02

WhatsApp Image 2017-06-14 at 20.16.38 copy

Kekurangan cafe ini adalah bukanya hanya sampai jam 10 malam, kurang lama buat insomnia seperti saya. Jadilah kadang kalau mulai kerja jam 9 malam saya memilih cafe yang lain. Kekurangan lain, kopinya kurang panas, harus bilang mungkin ke mas baristanya. Maklum, buat saya kopi tetap harus disajikan di 100 derajat, walaupun kata ahli kopi sebaiknya sekitar 90 derajat celcius saja.

Oh ya, tapi di Flow coffe kita bisa dapat air putih gratis, he he penting. Terdapat juga buku-buku tentang kopi dan beberapa alat kopi yang bisa dibeli. Dulu mereka menyediakan juga cold-brew coffee yang proses pembuatannya bisa dilihat langsung, rasanya nyess nyes gimana gitu 😉

Selamat ngopi

WhatsApp Image 2017-06-14 at 20.16.38

WhatsApp Image 2017-06-14 at 20.16.38 copy 2

Tinggalkan Balasan