Alangkah senangnya saya ketika kedatangan dua anak muda:Fajar dan Rijal, pengurus Forkoma UI Banten. Mereka datang menengok saya di kampus, di sela-sela saya memperoses beberapa naskah untuk jurnal yang akan terbit di bulan Juli ini.
Oh ya Forkoma UI Banten adalah singkatan dari Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni UI Banten. Organisasi primordial mahasiswa UI (plus alumni) yang berasal dari kabupaten/kota di Banten. Lahir sebelum Provinsi Banten berdiri.
***
Saya, Fajar dan Rijal berbincang banyak hal, tentang Forkoma UI Banten dan berbagai kegiatannya. Mengejutkan, ternyata Forkoma UI Banten memiliki banyak sekali kegiatan yang luar biasa dan bermanfaat untuk masyarakat Banten.
Saya juga jadi bernostalgia, mengenang masa-masa masih unyu-unyu. Pada tahun 2000 kalau tak salah, saya didaulat secara aklamasi jadi Ketua Forkoma di sebuah pertemuan di asrama. Waktu itu ketua sebelumnya Kang Adi dari FEUI bersama Kang Iwan dan Kang Manca FMIPA. Saya mewarisi sebuah paguyuban yang kegiatannya waktu itu utamanya adalah kumpul-kumpul dan makan-makan, he he.
Alhamdulillah, cukup banyak yang mensupport, baik angkatan di atas maupun di bawah. Yang amat kongkrit misalnya adalah Kang Indra Budiman FEUI. Saya dan Kang Indra merancang sebuah kegiatan bertajuk Success Camp, dimana mahasiswa kelas 3 di berbagai SMA/MAN/SMK diberi motivasi dan informasi agar tegar menghadapi hidup mampu berkompetisi untuk masuk PTN Favorit, khususnya UI. Kegiatan sempat diadakan beberapa kali, termasuk yang saya ingat di NF Cinangka. Ah, sudah lama gak ketemua Kang Indra…
Success Camp ini menjadi salah satu kegiatan terpenting Forkoma. Banyak pihak yang terlibat dan berperan: Sigit FEUI, Dito FISIP UI, Amar FEUI, Tinuk FS, Kiki FHUI, Iqbal FISIP, Furqon MIPA, Adri MIPA, Adi Fauzan FISIP, dll. Yang harus disebutkan sebagai aktivis Forkoma dan aktif menjadi trainer pemberi motivasi adalah Danang HIUI asal Magetan, Ia bergabung di Forkoma karena SMA-nya di Insan Cendekia, Serpong – Tangerang 🙂
Yang membuat saya kaget, Fajar dan Rijal menyampaikan bahwa Success Camp masih berlangsung sampai sekarang ! Warbiyasah !
Saya ingat juga satu kegiatan Seminar soal UI (nanti saya upload fotonya, rasanya ada) dilakukan di Mesjid AtTsauroh, di lantai dua. Saya ingat karena teman-teman Tangerang juga terlibat, ada Aji Ginanjar dari FISIP misalnya, juga Subhan dari FS.
Kegiatan lain yang dulu sempat dilakukan adalah Baksos untuk Banjir Bandang di Cileles. Ini pekerjaan raksasa yang dikerjakan bareng BEM UI. Iqbal dan Furqon kalau tak salah menjadi tim pendahulu yang menyiapkan landasan untuk didarati, maksudnya lokasi untuk didatangi. Alhamdulillah walaupun ada beberapa gesekan lembut, baksos ini sukses dan lancar jaya. Saya ingat beberapa pejabat UI yang asal Banten juga berkontribusi, seperti Pak Umar Mansur, Bu Farida, dll.
Kami juga dulu membangun kedekatan dengan para tokoh Banten, ada Bu Eneng Jubaedah dosen FHUI, Pak Muchtar Mandala, Haji Embay, Mas Prof. Ibnu Hamad, dll. Pernah juga ikut beberapa kali pertemuan soal pembentukan Provinsi Banten di rumah Trjana Sam’un, dsb. Hanya memang waktu itu Forkoma amat hati-hati, lebih memilih aksi-aksi nyata daripada bobolokotan dengan politik. Pilihan yang tidak terlalu populer.
Oh ya, satu kegiatan lain yang diadakan dengan cukup sukses ya seminar soal Banten, mengundang tokoh-tokoh Banten. Kegiatannya di Sekolah Al Azhar Pasar Minggu. Hadir banyak tokoh. Yang paling saya ingat Prof. Amin Suma dari UIN Ciputat, soalnya saya langsung mengantarkan undangan ke rumahnya, dan diberi suguhan tausiyah dan teh hangat.
Saya dua tahun memegang posisi Ketua, karena ketika akhir tahun pertama mau meletakkan, tak ada yang bersedia menggantikan. Baru setelah dua tahun, tampuk kepemimpinan beralih ke teman-teman yang lebih muda. Saya lupa, apakah Furqon, Adi atau Adri.
Yang jelas setelah itu pelan-pelan saya tercerabut ke kegiatan internal kampus, jadi Ketua FSI FISIP UI, Ketua Senat Mahasiswa FISIP UI, dan sebagainya. Termasuk mencalonkan jadi anggota DPDRI sebelum lulus S1.
Hadir sesekali saja di acara makan-makan dan ngumpul-ngumpul, sesekali jadi pembicara. Walaupun sesungguhnya sampai 2011, sebelum studi S3 ke Jepang saya masih aktif mengajar di Jurusan Politik UI, di samping tugas utama sebagai dosen tetap di Untirta.
***
Nah, makanya jadi terharu dan baper banget ketika Fajar dan Rijal datang bersilaturahmi dan bahkan meminta saya jadi Pembina menggantikan Mas Prof. Ibnu Hamad yang kabarnya amat sibuk. Mas Ibnu ini kalau ketemu suka manggil saya “Kakak”, selain karena muka saya lebih bermutu (bermuka tua), ia punya Kakak bernama Ibnu Hamid 😉 padahalmah… padahalmah…
Saya menyanggupi, semoga bisa betul-betul membantu. Saya senang bergaul dengan anak-anak muda dan kerapkali mengagumi mereka. Semangat dan pemikiran baru selalu bermunculan setiapkali usai berkomunikasi dengan mereka.
Oh ya, pertemuan awal sesungguhnya dimulai pekan sebelumnya dalam buka puasa bareng Iluni UI Banten dan Gubernur Banten. Saya sebagai Wakil Ketua Iluni UI Banten diminta memandu dialog, hanya saja waktunya terbatas sehingga yang sempat menyampaikan sesuatu hanyalah teman-teman Forkoma UI Banten. Ndilalah dialog gak mungkin dilanjutkan karena setelah maghrib hujan deras mengguyur Serang.
Gubernur Banten, Wahidin Halim sendiri adalah senior jauuuuuuuuuh saya di FISIP UI. Zaman Jebot dimana asrama masih di Daksinapati dan Depok mungkin masih tempat Jin Buang Anak. Lha WH masuk UI saya belum lahir, he he
***
Dalam umur dan kesibukan seperti sekarang saya berharap masih bisa mengikuti ritme anak-anak muda di Forkoma UI Banten. Ada banyak kegiatan yang mereka kerjakan: Success Camp, UI mengajar, Try Out, Diskusi Soal Banten, dsb. Banyak sekali, menggairahkan.
Btw, saya sendiri merenung ketika Fajar dan Rijal pulang, sampai lupa foto bersama.
Beberapa tahun ini saya memang lebih banyak menjadikan Banten sebagai bahan kajian. Saya memilih jalan sunyi sebagai peneliti, jauh dari hiruk-pikuk popularitas di dunia publik. Dunia saya: riset, jurnal, konferensi, dan lain-lain. Paling banter ngeblog, he he.
Saya ndak tahu apakah saatnya masuk ke dunia publik atau tidak. Saya khawatir ekor dan tanduk saya kembali. Mengingat ada beberapa hal off the record yang juga disampaikan teman-teman Forkoma: tentang tantangan yang tidak mudah.
Yang jelas, lamun aya nu ngajual, engke dibeuli ku aing, he he.
Tapi semoga ritmenya bisa smooth dan membawa kebaikan. Agenda-agenda akademik saya tetap harus diselesaikan.
Bismillah…
NB. Maaf kalau ada nama yang tak tersebutkan. Foto kegiatan Forkoma rasanya ada di rumah, tapi musti dicari. Saya sudah kadung mudik …
