Kembali Ke Haribaan Apple
Duh, saya kembali ke haribaan Apple setelah ponsel pintar robot ijo sebelumnya remuk… Sebenernya paling geli dengan sebutan Apple Fan Boys, he he Tapi saya gak mengingkari bahwa sebagian besar gadget saya […]
Catatan harian seorang Abah
Duh, saya kembali ke haribaan Apple setelah ponsel pintar robot ijo sebelumnya remuk… Sebenernya paling geli dengan sebutan Apple Fan Boys, he he Tapi saya gak mengingkari bahwa sebagian besar gadget saya […]
Duh, saya kembali ke haribaan Apple setelah ponsel pintar robot ijo sebelumnya remuk…
Sebenernya paling geli dengan sebutan Apple Fan Boys, he he
Tapi saya gak mengingkari bahwa sebagian besar gadget saya berlogo apel coak.
Saya jadi ingat ketika kemarin mengupdate Macbook Pro 2011 yang biasanya saya simpan di laci kampus. Maklum, internet rumah lebih macho, jadi saya bawa, bersihkan, charge, dan upgrade macOs ke High Sierra, serta update puluhan sofware di dalamnya semaleman. Beres dan gegas lagi.
Walaupun tampilan fisiknya menyedihkan, batere yang minta diganti dan wifi card yang musti pake eksternal. Selebihnya? he he bisa diadu lah.
Macbook Pro jadul ini seperti pahlawan, menyimpan banyak kenangan dan jasa baik. Oh ya, saya membeli ini setelah diracuni oleh Mas Suaedy, di sebuah Mall di Bangkok. Maka ada aksara Thai-nya.
Ketika musim gawat menyusun disertasi, macbook ini kecapekan dan ngadat. Di sela-sela panik, saya melakukan operasi. Mencari obeng yang pas, mencari panduan di berbagai situs, dan alhamdulillah berhasil diperbaiki. Sekalian waktu itu saya upgrade RAM-nya jadi 16GB dan ganti hardisknya dengan SSD. Termasuk melakukan upaya menghidupkan diri yang suseeeeeh banget, alhamdulilahnya berhasil.
Jadi inget cerita seseorang yang juga mengalami hal yang sama dengan macbook pro-nya. Ngoprek pake obeng juga ternyata doi, he he. Kok bisa ya? Walaupun terakhir ia mengalami gagal booting dan terpaksa menyerahkan ke professional 🙂
***
Makanya kalau nyari keyword “memperbaiki macbook”, blog ini masuk di halaman satu google, he he. Padahal mah udah lama gak ngoprek juga, lupa…
Nah waktu itu masalahnya saya sudah mengambil dengan harga murah satu macbook pro 15 dari seorang kawan yg gak tega melihat saya kesulitan menyusun disertasi sambil ngoprek macbook. Ditambah ternyata saya berhasil ikut auction di yahoo jp untuk sebuah macbook air. Yang terakhir inilah yang menemani kemanapun saya pergi demi kebaikan tulang punggung. Pro 15 buat kerja di rumah, yang Pro 2011 untuk kerja di kantor.
Sekarang saya sok gaya hidup paperless, saya membaca Kompas, Tempo dan berbagai majalah di Ipad mini, yang layarnya sebetulnya sudah terluka, tapi tetap tangguh dan setia. Sementara sebetulnya ada Ipad versi pertama yang masih kuat secara fisik namun sudah lemah secara jiwa (baca: gak bisa diupdate dan gak bisa aplikasi macem2).
Jadi begitulah man-teman, cerita yang menurut Ayal, adalah kisah (cinta) saya bersama Apple.
Ngoprek dulu aaaah