Saya beruntung pernah menikmati beberapa kampus dengan perpustaan yang luar biasa. Di Kyoto sewaktu saya studi S3 di Doshisha, perpustakaan adalah tempat saya menghabiskan waktu. Selain meminjam buku, juga untuk belajar. Perpustakaan berada beberapa lantai ke dalam bumi. Terdapat ruang baca di permukaan tempat membaca beberapa hardcopy jurnal dan buku. Di kampus terpisah terdapat ruang belajar yang bisa dipakai untuk berdiskusi, semacam study room, lengkap dengan layar besar untuk latihan pesentasi kelompok di setiap meja-nya. Nah di ruangan belajar tersebut saya dan Pak Ishaq membimbing beberapa mahasiswa master dari Afghanistan menyelesaikan tesisnya.

14171838312_ba76eb88ac_o

Oh ya, jika kita membutuhkan buku dan koleksinya tak tersedia, bahkan kita bisa memanfaatkan jaringan perpustakaan atau bahkan meminta perpustakaan untuk membelikan. Kadang minta Sensei membelikan juga sih pake anggarannya. What? Dosen diberi anggaran untuk beli buku? Ya begitulah…

Masih di Kyoto, selama dua kali menjadi Visiting Researcher di CSEAS Kyoto University, perpustakaan CSEAS menjadi tempat favorit untuk mendapatkan (baca: meminjam dan baca) koleksi buku-buku super lengkap tentang Asia tenggara, wabilkhusus Asia Tenggara. Kita bisa mendapatkan koleksi majalah Tempo atau bahkan Sabili lengkap. Karena itu, jika kita menulis tentang Indonesia, khususnya Indonesia modern, perpustakaan ini menjadi salah satu pilihan utama untuk studi pustaka.

Saya paham seriusnya perpustakaan CSEAS berburu bahan pustaka, karena pernah beberapa kali menemani Okamoto Sensei berburu buku langka. Kantor CSEAS-Jakarta di Kertanegara adalah tempat transit buku-buku tersebut sebelum dikapalkan ke Jepun.

Terakhir ketika saya short-course di Belanda, tentu saja perpustakaan Leiden menjadi tempat favorit. Sebagian besar waktu saya habis di perpustakaan universitas yang menyimpan koleksi amat lengkap, hardcopy maupun digital. Librarian mengatakan bahwa koleksi Indonesia jika disusun-panjang, sekitar 12km. Tentu inilah tempat terbaik di dunia untuk studi pustaka Indonesia.

whatsapp-image-2017-10-26-at-13-43-20

***

Saya tentu tidak mau mengeluh tentang kondisi perpustakaan di tanah air, apalagi di kampus tempat saya bekerja. Oh ya, kampus tempat saya dulu kuliah di Depok sejatinya punya konsep yang keren. Perpustakaannya seperti bukit telletubies yang ditutupi rumput-rumput. Ndilalah ketika bulan lalu ke sana, ternyata konstruksi bangunannya gak kuat, kabarnya bocor dan retak di beberapa tempat. jadilah tanah dan rumputnya dibuangin. Sayang banget ya

Perpustakaan_Universitas_Indonesia

Nah karena malam ini karena tidak bisa tidur, maka secara random saya searching foto-foto perpustakaan terbaik di dunia menurut beberapa website. Hmm, saya sepakat bahwa walaupun sebagian besar naskah yang dibutuhkan untuk belajar atau meneliti sekarang berbentuk digital, peran perpustakaan tidak bisa diremehkan, malah menjadi semakin penting.

Maka saya sudah tidak terkesima dengan perpustakaan kampus yang grande ala ruang makan di Hogwart, tapi lebih ke perpustakaan yang nyaman untuk belajar dan bekerja, dengan akses internet kecepatan tinggi serta menyediakan ruang untuk berdiskusi. Tentu tanpa mengganggu yang lain.

Ini dua tempat yang memberikan ide. Pertama adalah Walter C. Langsam Library – University of Cincinnati. (sumberfoto:http://www.collegerank.net/amazing-college-libraries/) Ini oke dan lucu banget, instagrammable. langsam-library-univ-cincinnati

Rasanya kok fresh banget ya. Suasana fresh begini penting, apalagi jika sedang menulis paper, skripsi, tesis atau disertasi. Pasti melancarkan peredaran darah di otak 😉

He he, sok tau ya?

Nah kalau satu lagi, Princeton University’s Julian Street Library (Sumberfoto: https://www.ecollegefinder.org/2014/04/28/worlds-coolest-college-libraries/)

Julian-Street-LibrarySaya kesengsem (baca: suka banget) sama sofa dan cahanya. Kayaknya tenaaang banget untuk membaca. Pasti membaca yang sulit-sulit jadi lebih mudah ya, he he, apalagi sambil minum kopi yang enak, hmmm

Tentu sudah ada kali ya, kampus dengan suasana macam begini di tanah air (CMIIW).  Yang jelas aspirasi saya sebagai dosen jelata millennial ya apa yang saya tulis di instagram:

Perpustakaan mestinya bisa menjadi tempat yang paling nyaman di kampus. Ia bisa digunakan untuk membaca, merenung, bekerja atau berdiskusi (ada ruang khusus yang privat). Koleksi yang lengkap dan berjaringan dengan kampus lain, akses internet kencang, ruangan sejuk, sofa empuk, meja dengan banyak colokan dan beberapa komputer siap akses koleksi digital.

Nah tentu saja, ini mesti jadi investasi terbesar ketika membangun sebuah kampus. Walaupun tentu saja jika sedikit kreatif bisa berkolaborasi dengan berbagai perusahaan sekitar kampus atas nama CSR. Masak sih nggak bisa?

 

1 Komentar »

  1. Abah bersyukur udah pernah sekolah diluar negeri jadinya bisa ngerasain berbagai hal yg berbeda contohnya perpustakaan hehe, pastinya jadi pengalaman dan anugerah banget tuh bah. *bagi wie, jika design sebuah perpustakaan bagus pastinya bikin nyaman pengunjung, bikin berlama-lama baca buku-bukunya”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.