September ini bulan yang amat sibuk. Sebagai kaprodi, saya mengawal dua kegiatan yang penting: Dialog Publik dan Seminar Nasional. Keduanya merupakan kegiatan penting, upaya mengokohkan positioning Prodi Ilmu Pemerintahan Untirta di tingkat nasional.

Tapi sebagai ilmuwan, saya punya target pribadi: Setiap tahun bisa hadir dalam komunitas akademik di luar negeri, minimal setahun sekali. Tujuannya tentu untuk menjaga kewarasan.

Pada tahun 2016 saya jadi Visiting Researcher di Bangkok Office-nya CSEAS. Tahun 2017 saya jadi peserta short-course tentang citizenship di Belanda.

Nah tahun ini ada beberapa kesempatan. Pertama, Sensei menawarkan saya menjadi pembicara di sebuah seminar di Cambridge. Ini sebetulnya wow sekali. Namun mesti saya tolak karena terbentur persoalan dana dan tema yang tidak terlalu saya kuasai.

Kedua, paper saya lolos untuk disampaikan dalamThe 6th International Academic Identities Conference di Research Institute for Higher Education, Hiroshima University, 19-21 September 2018. Awalnya saya tidak akan berangkat. Alasannya sama dengan yang pertama, soal biaya.

Hanya ketika panitia mengirimkan daftar judul dan pemakalah, saya terkejut. Saya satu-satunya pemakalah dari Indonesia. Yang lain dari kampus-kampus beken dunia semacam Oxford, Cambridge, Imperial College, Sidney, de el el.

Jadilah akhirnya nekad harus berangkat.

Presentasi berjalan baik walaupun sebagian besar pembicara menyampaikan paparan tentang “ilmu pendidikan”, sementara saya fokus membahas kebijakan pendidikan tinggi, tentunya terkait riset.

Screenshot 2018-10-01 14.36.42

Semoga upaya kecil ini bermanfaat meletakkan Untirta di peta dunia pendidikan tinggi 🙂

Buat saya, itung-itung mudik ke Jepang, negara kedua tempat belajar banyak tak hanya di kampus tapi di masyarakat.

WhatsApp Image 2018-10-01 at 15.04.39 (1)WhatsApp Image 2018-10-01 at 15.04.39WhatsApp Image 2018-10-01 at 15.04.40

Tinggalkan Balasan