Kemarin Kemriting (Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi) merilis 100 PT terbaik non-vokasi. Ada yang naik, dan tidak sedikit yang turun. Tulisan sederhana banget ini tentu tak bermaksud memberi resep cespleng […]
Kemarin Kemriting (Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi) merilis 100 PT terbaik non-vokasi. Ada yang naik, dan tidak sedikit yang turun.
Tulisan sederhana banget ini tentu tak bermaksud memberi resep cespleng menaikkan ranking perguruan tinggi. Hanya memberikan mindset bahwa ranking adalah hasil dari proses aktivitas harian yang dilakukan di PT. Jika berkesesuaian dengan mekanisme atau kriteria perankingan oleh Kemeriting, maka ranking naik, demikian sebaliknya.
Ranking yang dibuat Kemeriting ini sebetulnya berkesesuaian dengan peringkat-peringkat kampus kelas dunia yang belakangan ini ramai dikejar-kejar perguruan tinggi di Indonesia. Huff, padahal dunia hanya sementara ya, he he
Karena itulah mengejar ranking dunia termasuk ranking Kemeriting ini tentu saja membutuhkan prasyarat keduniaan juga. Kalau berbagai aktivitasnya lebih ke akhirat seperti menerima penghafal kitab suci, kegiatan mengaji, upacara dan lain-lain, saya pikir lebih baik kita fokus membuat dan mengejar peringkat kampus kelas akhirat saja.
Nah, balik ke pemeringkatan Kemristekdikti. Apa saja sih aspek dan bobot setiap indikator dalam klasterisasi Perguruan Tinggi 2018? Perhatikan gambar di bawah, perbandingan antara penghitungan tahun 2017 dan 2018 menurut Kemeriting.
Nah berikut sumber data-nya
Secara lebih teknis di bawah ini ada perhitungannya:
Tapi lagi-lagi, hal di atas musti diperhatikan jika memang kita mau mengejar peringkat Kemeriting untuk kelak jadi kampus Kelas dunia. Sementara, sekali lagi saya hanya mengingatkan pada diri sendiri dan jamaah sekalian, kalau dunia hanya sementara. Akhirat lebih utama.