Ngopi sesudah Ngajar
Saya menutup hari ini di emmetropia. Ia adalah kedai kopi yang menyajikan kopi enak di bilangan gading serpong. Maunya sih langsung pulang. Tapi kalau sampe rumah biasanya paling enak naro […]
Catatan harian seorang Abah
Saya menutup hari ini di emmetropia. Ia adalah kedai kopi yang menyajikan kopi enak di bilangan gading serpong. Maunya sih langsung pulang. Tapi kalau sampe rumah biasanya paling enak naro […]
Saya menutup hari ini di emmetropia. Ia adalah kedai kopi yang menyajikan kopi enak di bilangan gading serpong. Maunya sih langsung pulang. Tapi kalau sampe rumah biasanya paling enak naro laptop, mulai beberes, maen sama kucing atau menggoreng pisang. Bisa gak kelar tulisan yang musti dibikin.
Oh ya sore ini saya memilih manual brew Flores Honey. Enak pisan.
Pagi tadi sampai siang saya ngajar di Sentul, School of Government and Public Policy (SGPP). SGPP ini sudah lama saya dengar, namun baru sekali ini ke sini. Lokasinya berada di bukit, satu kawasan dengan BNPT, BNPB, Indonesia Peace and Security Center, dan juga UNHAN.
Saya diminta jadi dosen tamu oleh Kang Doktor Erry, menyajikan salah satu kasus kebijakan publik. Nah karena bosen dengan isu politik, saya bawa tema: Research and Academic Career in Indonesian Higher Education. Tema ini saya kembangkan dari materi serupa yang saya sampaikan dalam konferensi soal Higher Education di Hiroshima tahun lalu. Kebeneran sedang menulis juga satu kolom untuk buku yang akan diterbitkan JETRO.
Jadilah cuap-cuap dalam bahasa Inggris selama hampir 2.5 jam: jam 9 – 11.30. Lumayan juga, biasanya konferensi hanya presentasi maksimal 15 menit. Untunglah suasana kelas sangat aktif. Para mahasiswa merespon dengan berbagai pertanyaan dan opini yang amat konstruktif. Oh ya, SGPP ini kampus untuk level master. Jadi para mahasiswa memang sebagian besar memiliki latarbelakang pekerjaan yang beragam: ada dosen, pegawai swasta, aktivis NGO, pegawai pemerintah, dsb. Yang juga menarik semua perkuliahan diberikan dalam Bahasa Inggris. Oh ya, semua mahasiswa di sini kuliahnya dengan beasiswa lho.
Jadi selama 2.5 jam kita membincang berbagai persoalan pendidikan tinggi secara terbuka. Saya senang sekali, bisa membawa masalah dunia pendidikan tinggi ke fora akademik semacam ini. Maklum, sebelumnya lebih banyak saya tulis dalam blog ini.
Oh ya, ngomong-ngomong di Program Studi Ilmu Pemerintahan Untirta, semester depan juga akan ada mata kuliah pilihan Citizenship yang akan disampaikan dalam Bahasa Inggris. Pengajarnya team teaching, dosen-dosen millennial Prodi IP 😉