Hadeuh hari ini agenda sebetulnya bertumpuk puk puk Tapi apa boleh buat, ada yang musti ditumis ditulis. Tadi pagi sempet ikut seminar Berkeley-Kyoto Seminar on Indonesia. Menarik banget, tapi musti […]
Hadeuh hari ini agenda sebetulnya bertumpuk puk puk
Tapi apa boleh buat, ada yang musti ditumis ditulis. Tadi pagi sempet ikut seminar Berkeley-Kyoto Seminar on Indonesia. Menarik banget, tapi musti cabut, solat jumat dan kabur ke kampus, bikin surat progress report buat diupload di web studi dikti. Soalnya musti ditanda tangan Sensei, nah Sensei bilang ada di kampus cuma sampe sore.
Habis itu ada agenda nulis paper, deadline (garis kematian?)-nya minggu ini. Ada hal-hal krusial yang mesti ditulis, maklum ilhamnya datang ketika dengerin khotbah jumát, he he.
Trus perkembangan petisi juga mandeg di tim audiensi, belum nampak gereget berupa jadwal pasti dan siapa yang berani mengkoordinasi. Kita tunggu terus, insyaAllah akan ada perkembangan baik.
Nah kemudian jug diminta Pak Komang untuk ngumpulin sepuluh orang untuk mengguncang dunia jadi pengurus awal FDI Jepun, ya dikumpulkan deh dari temen2 di FB.
Hmm udah dulu pengantarnya, ini yang mau saya tulis soal apakah ada penyetaraan jabatan fungsional yang berlaku di Indonesia dengan di luar negeri.
Saya mau nulis ini karena banyak beberapa kawan yang baru berteman di FB manggil saya Prof. Haduuuh jadi malu, secara saya belum jadi Profesor, masih lektor kepala. Lantas kenapa mereka manggil Profesor?
Ya kemungkinannya sih karena melihat rambut saya yang tipis 🙂 eh bukan, karena saya mencantumkan “Associate Professor”di occupation. Nah jadilah dipanggil Prof, itu lebih baik dipanggil “Ass” kan?
Nah jadilah saya mengambil hal baik dari ITB dengan menyebut pekerjaan saya Associate Professor di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Nanti kalau pulang sekolah saya usulkan deh ke Rektor saya biar bener2 resmi, atau nunggu saya jadi Rektor? he he. Tapi setidaknya ini bisa jadi rujukan untuk pergaulan internasional.
Lantas kalau dipanggil “Prof.” lagi? Saya akan bilang, maaf saya belum Profesor. Tapi saya aminkan juga sih, sambil bersyukur karena dipanggil “Prof” lebih baik daripada dipanggil “Lek” 🙂
***
Update, barusan terbit Kepmen No. 164/M/KPT/2019 yang mengatur tentang penyebutan Jabatan Akademik Dosen dalam Bahasa Inggris. Ini dia isinya:
klo ini bgm bro? lebih pas.. lengkap dengan KUM nya
Asisten Ahli (Associate Lecturer, rates: 100, 150)
Lektor (Lecturer, rates: 200, 300)
Lektor Kepala (Senior Lecturer, rates: 400, 550, 700)
Guru Besar (professor)
* Guru Besar Madya (Associate Professor) – Rate 850
* Guru Besar (Professor) – Rate 1050
Memuat...
Ha ha, boleh aja Bro. Ini yg saya tulis juga punya ITB. Yg jelas mesti ada biar nyambung kalau ketemu atau kerjasama dgn dosen luar.
Memuat...
lha kalo ‘jabatan fungsional’ sendiri Bahasa Inggrisnya apa masbro? Functional degree, functional office or what? Please help
Thanks infonya
klo ini bgm bro? lebih pas.. lengkap dengan KUM nya
Asisten Ahli (Associate Lecturer, rates: 100, 150)
Lektor (Lecturer, rates: 200, 300)
Lektor Kepala (Senior Lecturer, rates: 400, 550, 700)
Guru Besar (professor)
* Guru Besar Madya (Associate Professor) – Rate 850
* Guru Besar (Professor) – Rate 1050
Ha ha, boleh aja Bro. Ini yg saya tulis juga punya ITB. Yg jelas mesti ada biar nyambung kalau ketemu atau kerjasama dgn dosen luar.
lha kalo ‘jabatan fungsional’ sendiri Bahasa Inggrisnya apa masbro? Functional degree, functional office or what? Please help