Semenjak kemarin, saya bukan lagi Kaprodi Ilmu Pemerintahan FISIP untirta.

Selesai sudah tugas saya melayani mahasiswa dan mahasiswi.

Lega sekali rasanya.

Saya membuat tulisan ini untuk menuliskan apa saja yang telah saya lakukan bersama teman-teman sebagai tim di Prodi Ilmu Pemerintahan. Jika nanti dihisab, biar saya punya contekan 🙂

Dalam gambar, kinerja saya keseluruhan bisa dilihat di Instagram Prodi IP. 

Yang khas dari Prodi IP adalah isinya anak-anak dosen-dosen millennial. Saya dan pak Anis adalah Dosen paling tua senior. Karena saya kelahiran 1981, maka saya juga sering mengaku sebagai dosen millennial. Yah katakanlah millennial sulung.

Screenshot 2020-01-21 13.56.16

Nah mengasuh memimpin dosen-dosen millennial, gampang-gampang susah. Gampang dalam artian mereka memiliki potensi yang luar biasa. Susahnya, ya susah diatur ;).

Waktu itu target saya sederhana saja, dengan potensi sebesar ini, prodi IP Untirta bisa menjadi nomor 2 Se-Indonesia. Nomor satunya monggo, boleh UGM, UNPAD, UMY atau yang lainnya.

Maka pendekatan saya sebagai pemimpin lebih sebagai Mentor, lebih memfasilitasi, bukan banyak mengatur. Membantu mengembangkan potensi dan ide-ide yang sudah dimiliki. Sebagai contoh, rapat paling pertamaaaa Prodi IP di Dapur Meneer bawah kepemimpinan saya selain membuat foto resmi, membahas tata kelola Prodi juga membahas Journal of Governance (JoG).

JoG ini editor in Chiefnya Dian. Kita berembuk menjadikan JoG ini sebagai keunggulan Prodi IP Untirta. Di sinilah kekuatan sinergi, saling bantu dan saling percaya berjalan. Dian dengan timnya para Dosen dan Mahasiswa terus berjalan dan mengembangkan diri. Dari aspek pengelolaan, Prodi memberikan otonomi kepada JoG, termasuk pengelolaa dana. Temen2 ini ngurus DOI sendiri, ikut pelatihan ke mana-mana, berjaringan di konsorsium Jurnal Sosial Politik, ikut RJI, dan sebagainya.  Jaringan nasional dan internasional kita kerahkan semaksimalnya sebagai reviewer. Dua tahun kemudian, JoG terakreditasi: Sinta 2. Keren ya? SuperTeam

Screenshot 2020-01-21 13.53.12

Kurikulum lebih banyak berada di tangan Sekprodi, Mbak Ika. Namun kita semua berembuk membahas dan menawarkan konten-konten baru. Lahirlah penataan kurikulum yang cukup revolusioner, kita berani menawarkan mata kuliah Citizenship atau Socioenterpreneurship.

Mata kuliah Citizenship bahkan diselenggarakan dalam Bahasa Inggris, pengajarnya ya Dosen-dosen IP Untirta ditambah Pak Yearry dan Pak Riswanda.

Pak Anis sebagai ahli E-Govt memberikan nilai tambah bagi perkuliahan dengan Kuliah berbasis Daring. Awalnya akan menggunakan platform punya FISIP yang terbengkalai. Namun akhirnya bisa menggunakan SPADA untuk hampir semua mata kuliah. Mbak Asri dari UTV berperan besar membantu menyiapkan video pembelajaran. Jauh sebelum Universitas melakukannya.

Screenshot 2020-01-21 13.55.03

Pembelajaran online bukan hal baru sebetulnya. Mbak Santi dan Kang Godjali sudah melakukannya di mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Mata kuliah ini dilaksanakan menggunakan bantuan Akademi Anti Korupsi yang dipimpin Ade Irawan serta Kang Adnan dari ICW. Sudah dua tahun program ini berjalan dengan baik sekali.

Screenshot 2018-10-13 16.53.05

Prodi IP juga mendorong mahasiswa dan alumninya untuk berprestasi. Alumni pertama Prodi IP, Mahpudin menjadi lulusan terbaik Untirta pada masanya. Ia juga sekarang menempuh kuliah Pascasarjana di UGM dengan beasiswa LPDP.

Screenshot 2020-01-21 14.12.28

Nah terakhir terkait internasionalisasi.

Setelah tahun pertama sukses dengan penyelenggaraaan kegiatan berkelas nasional seperti mengadakan seminar menghadirkan menteri ;), maka tahun lalu kita fokus ke internasional.

bef91ac9-1122-4d53-8b97-df29aab1d55e

Tahun lalu, Prodi IP Untirta berhasil menyelenggarakan ICDeSA bekerjasama dengan CSEAS Kyoto University. Tidak tanggung-tanggung, pembicaranya dari Australia, Jepang (3 orang), Thailand, Korea Selatan dan Malaysia, plus tentu saja Indonesia.

Sukses besar. Ditandatangani juga MoU dengan CSEAS Kyoto dan Chonbuk University Korea. Kami merencanakan pendirian Pusat Studi Asia Tenggara dibantu CSEAS. Publikasinya di Atlantis Press juga terbit 3 bulan setelah konferensi selesai. Bisa dibilang standard konferensi ICDeSA ini jauh di atas konferensi internasional yang dilaksanakan di Indonesia. Semua dosen IP plus Pak Yearry, Bu Uli dan Bu Asri membantu. Oh ya, Dosen baru seperti Kang Yebby, Mbak Tiko, Mas Gilang dan Kang Bayu juga bekerja luar biasa. Dukungan staff seperti Teh Rika, Mas Bayu dan teh Nila juga mantull banget

Yang saya angkat topi, mahasiswa Prodi IP juga tidak kaku kayak kanebo kering ketika melayani tamu-tamu asing. Mereka mampu bersosialisasi, keren.

Screenshot 2020-01-21 13.54.21

WhatsApp Image 2019-09-04 at 17.24.05

Jadi sudah one (hundred) step ahead banget ke arah terkemuka di tingkat ASEAN doang mah, ha ha.

***

Nah ternyata ide internasionalisasi tidak menarik bagi Rektor. Ketika saya bawa sebagai visi sebagai calon Dekan, ternyata mungkin ide lokalisasi lebih menarik. Gak dipilih deh jadi Dekan. Jadi tidak mungkin dilanjutkan. Gak mungkin ide-ide saya untuk memajukan kampus dipaksakan untuk dilanjutkan kan? Portofolio, Kinerja dan Visi yang keren dan jauh ke depan tidak berkorelasi dalam pengisian jabatan di kampus, yang penting mah hal-hal lain dan mungkin rajin upacara bendera. Ha ha, jadi curhat.

Tapi tidak apa-apa. Itulah hidup. Saya paham kenapa ada kampus yang berkembang dan tidak 😉

Tugas saya di Prodi sudah selesai.

Seorang pemimpin harus tahu merasa cukup. Karena berbagai ide saya hanya bisa dilaksanakan di tingkat fakultas dan above, maka saya tidak maju lagi sebagai Kaprodi. Saatnya Tut Wuri Handayani. Fondasi, jejaring, kepercayaan diri Dosen dan mahasiswa IP sudah tumbuh dengan kuat. Berakar kuat, berbuah lebat, insyaAllah. Saya harus mencontoh akhir karir Khalid bin Walid. Baca deh. Beliau idola saya, sebagai fans harus ikut idola, he he. Gak percuma ada Khalid di nama panjang Ilham 😉

***

Screenshot 2020-01-21 13.56.40

Ketika pagi terbangun, saya yang biasanya harus memikirkan berbagai hal terkait program studi dan segala problematikanya, sekarang harus memikirkan hal lain. Mikirin kamu misalnya 🙂

Move on

Masih banyak tugas. Pengabdian sesungguhnya tidak pada apa, siapa dan di mana, tapi pada kemanusiaan.

 

Selamat bekerja Mbak Ika dan Kang Godjali, We support you 300 times untuk melakukan hal-hal hebat selanjutnya…

 

Tinggalkan Balasan