Artikel
Nge-teh Bersama Scot Marciel
Ini cerita lama. Awal januari 2012, Dubes AS untuk Indonesia waktu itu mengundang saya minum teh di rumah dinasnya. Awalnya saya pikir email yang (seakan-akan) dikirim staf-nya itu hanya spam. […]
Ini cerita lama.
Awal januari 2012, Dubes AS untuk Indonesia waktu itu mengundang saya minum teh di rumah dinasnya. Awalnya saya pikir email yang (seakan-akan) dikirim staf-nya itu hanya spam. Tapi ketika dibalas, ternyata Scot Marciel memang betul-betul ngajak minum teh beneran, empat mata katanya.
Saya kemudian mempersiapkan diri. Mempelajari beberapa bahan, terutama soal islam di banten. Ya, Scot waktu itu sedang rajin ke pesantren-pesantren, termasuk ikut maen sinetron Pesantren Rock and Roll (bener nggak ya judulnya?) Hal yang saya cari tahu juga soal kasus cikeusik yang belum lama terjadi waktu itu.
Ternyata di ruang tamu tak hanya ada empat mata, tapi ada empat mata yang lain, seorang analis politik dan penerjemah. Tentu saja teh dan cookies juga ikut hadir.
Ternyata juga obrolan kami tak terlalu banyak soal islam di banten. Kami lebih banyak berbincang soal politik lokal di Banten. Sang analis politik ternyata membaca beberapa tulisan saya dan menyampaikannya ke Dubes. Nah, di akhir percakapan Dubes bertanya tentang calon presiden. Pertanyaan yang sulit dijawab waktu itu. Saya hanya ingat waktu itu bilang “Masyarakat mungkin mencari antitesis-nya SBY dan salah satu-nya bisa jadi Prabowo”. Yups, waktu itu Jokowi masih calon gubernur DKI Jakarta, Megawati dan JK sudah sepuh, Ical terbenam masalah lumpur dan calon-calon yang sekarang bersaing di Konvensi Demokrat belum muncul ke permukaan. Jika ditanya sekarang, tentu saja jawaban saya sudah berbeda 😉
Scot hanya manggut-manggut. Namun saya yakin kepala-nya berpikir, karena tentu saja Amerika punya banyak kepentingan di Indonesia. Saya sendiri masih menduga-duga apa pentingnya banten untuk Amerika sampai mereka mengundang saya untuk bicara soal Banten.
Oh ya, bulan puasa-nya saya kembali diundang ke rumahnya dalam jamuan buka puasa bersama tokoh-tokoh Islam dan surprise sekali karena bertemu Kang Fadil, tokoh muda NU Bogor yang asalnya dari Pandeglang. Waktu muda, beliau dulu ketua Senat FIB UI ketika saya menjadi ketua Senat FISIP UI. Kami berfoto besama Dubes.
