Beruntunglah orang-orang yang mudik
Saya sendiri tak bisa mudik. Dulu biasanya saya dan keluarga mudik bergantian. Jika tahun ini ke Surabaya, maka tahun depannya ke Pandeglang. Demikian berganti-gantian, demi keadilan.
Ini tahun kedua kami tak mudik. Lebaran dihabiskan di Jepun saja. Tiketnya mihil dan berada dalam tekanan menulis disertasi.
Tahun lalu kami berkunjung ke Hiroshima, menengok Kakak dan keluarganya yang tinggal disana. Tahun ini kami nampaknya hanya menghabiskan lebaran di Kyoto saja. Dan sebetulnya tak ada libur, harusnya hari lebaran teteup ke Kampus.
Oh ya, untuk yang mudik saya punya pesan.
Presiden kita masih SBY. Jika ada persoalan selama mudik: jalanan macet parah, jalan rusak, infrastruktur buruk, sampaikan kepada Presiden kita, bukan kepada yang lain.
Mudik juga kesempatan melihat kampung kita. Amati perubahan yang ada, bagaimana kondisi jalan, sekolah, pasar, dan sebagainya. Ini kesempatan untuk melihat nusantara sejenak, langsung di lapangan, bukan di media sosial ataupun televisi. Dengan demikian, semoga kita bisa memiliki kesadaran baru bahwa memilih pemimpin politik di semua tingkatan adalah upaya kita agar kampung kita punya jalan yang bagus, sekolah yang berdiri tegak, pasar yang rapi dan bersih serta jembatan yang layak.
Karena untuk semua itu kita iuran, namanya pajak.