Cara Kota Kyoto Melindungi Anak-anak
Kasus kekerasan terhadap Angelina tentu membuat kita berduka. Apalagi saya sendiri sedang terpisah dari dua anak yang lucu-lucu. Jadinya mbrebes mili deh. Namun berduka saja tidak cukup. Perlu ada upaya […]
Catatan harian seorang Abah
Kasus kekerasan terhadap Angelina tentu membuat kita berduka. Apalagi saya sendiri sedang terpisah dari dua anak yang lucu-lucu. Jadinya mbrebes mili deh. Namun berduka saja tidak cukup. Perlu ada upaya […]
Kasus kekerasan terhadap Angelina tentu membuat kita berduka. Apalagi saya sendiri sedang terpisah dari dua anak yang lucu-lucu. Jadinya mbrebes mili deh.
Namun berduka saja tidak cukup. Perlu ada upaya lebih keras untuk melindungi anak-anak kita.
Nah pengalaman membawa keluarga ke Kyoto, Jepang memberi saya beberapa informasi tentang bagaimana pemerintah kota berperan melindungi anak-anak dengan cara yang mudah, murah dan rasanya tepat sasaran.
1. Anak SD (terutama kelas 1) mendapatkan bel dari sekolah. Bel ini digantungkan di Randoseru-nya (Tas sekolah anak SD). Jika ada situasi mencurigakan, maka anak akan memencet bel yang segera bersuara kencang. Ini akan memancing orang-orang mendekat.
3. Oh ya selain itu di sekolah anak juga mendapatkan formulir yang bisa diisi jika terdapat kekerasan atau ancaman. Formulir ini bisa dikirimkan via pos atau melalui sekolah. Saya ingat karena Ayu pernah berlagak akan melaporkan orangtuanya melalui formulir tersebut kalau memarahi dia, he he. Sayang nggak saya potret.
Saya pikir beberapa contoh di atas bisa dimodifikasi di Indonesia untuk mewujudkan perlindungan untuk anak-anak kita.
Salam.